Namun Pratomo tidak mengingat ilmu bela diri apa yang dipelajari narapidana ini. Dari kepercayaan di dalam ilmu bela diri yang dianut Cai Changpan, Pratomo mengatakan narapidana ini bunuh diri karena sedang berjuang.
"Bukan lebih memilih (bunuh diri ketimbang ditangkap petugas). Jadi ada kepercayaan kalau mempelajari bela diri itu, itu kan dia masih dalam posisi berjuang, gitu lho. Perjuangan dia, bukan menyerah, gitu lho," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kan (Cai Changpan) bunuh diri kan seolah-olah masih berjuang, gitu lho. Bukan memilih bunuh diri, tapi dalam posisi dia terus berjuang. Dia bunuh diri dalam posisi perjuangan dia, gitu," imbuhnya.
Cai Changpan sebelumnya kabur dari Lapas Kelas I Tangerang pada 14 September 2020. Dia bersusah payah kabur dengan menggali lubang sepanjang 30 meter yang menembus dinding sel tahanannya.
Perlu waktu 8 bulan bagi Cai Changpan untuk membuat lubang tersebut. Upaya pelariannya ini juga dibantu dua oknum petugas Lapas yang menyediakan alat penyedot air.
Bekas lubang galian tersebut kemudian ditutupi tempat tidur agar tidak menimbulkan kecurigaan. Aktivitas itu dia lakukan setiap hari pada malam hari hingga pagi. Setelah berhasil meloloskan diri, Cai Changpan kemudian pergi menemui istrinya di Tenjo, Kabupaten Bogor. Dia lalu bersembunyi di Hutan Tenjo, Kabupaten Bogor.
(zap/zap)