Ada temuan menarik sekaligus amat miris yang didapatkan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus kekerasan di Intan Jaya, Papua. Sejak setahun terakhir, kata Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF Benny J Mamoto, di Intan Jaya ada polres baru yang kantornya numpang di polsek.
Bukan cuma itu. Ada tujuh pejabat terkait di polres tersebut yang belum mempunyai personel anak buah. "Mereka juga tak punya mobil operasional, padahal kondisi medan di sana sangat sulit, terisolasi," kata Benny dalam program Blak-blakan di detikcom, Jumat (16/10/2020)
Baca juga: Blak-blakan Keanehan Teror di Papua |
Soal kendaraan ini dapat dipahami mengingat harganya dua kali lipat dari harga jual di kota-kota besar. Penyebabnya adalah sulitnya akses transportasi ke Intan Jaya sehingga semua barang kebanyakan harus diangkut lewat jalur udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan, satu dus air mineral botol kecil di sana harganya Rp 500 ribu," ujar Benny mencontohkan.
Karena itu, dia melanjutkan, langkah Presiden Joko Widodo membangun jalan Trans-Papua antara lain dimaksudkan untuk membuka akses transportasi agar harga barang bisa murah.
Sulitnya akses dan kondisi jalan yang tidak bagus membuat gerak aparat kepolisian terbatas. Bila terjadi suatu tindak kriminal, para penyidik, apalagi tim forensik, pasti tidak bisa cepat bertindak.
Berbagai keterbatasan tersebut pada gilirannya akan turut mempengaruhi kecakapan aparat di lapangan dalam menangani sebuah kasus.