Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan pihaknya telah mengeluarkan surat edaran agar setiap titik yang mempunyai potensi kegiatan menyediakan fasilitas cuci tangan. Sampai saat ini, Pemkot Bogor juga telah membangun 2.584 fasilitas cuci tangan yang tersebar di 466 sekolah, 900 masjid, 1.000 posyandu, taman, dan tempat lainnya.
"Nomor satu yang terpenting kultur, kebiasaan dibangun, digencarkan melalui sosialisasi dan edukasi, kedua pembangunan infrastruktur digencarkan di seluruh titik-titik yang betul-betul memerlukan protokol kesehatan," tutur Bima Arya dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10/2020).
Hal tersebut disampaikan oleh Bima dalam acara Diskusi Panel kementerian dan kepala daerah yang digelar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka 'Seruan Aksi Nasional Tangan Bersih Untuk Semua' secara virtual di Taman Ekspresi, Sempur, Kota Bogor. Turut hadir mendampingi Bima Arya dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Bima mengatakan Pemkot Bogor juga baru saja melakukan pencanangan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Tingkat Kota Bogor ke seluruh wilayah dengan pesertanya adalah 150 anak-anak dan dilakukan secara daring.
"Pesannya di era COVID-19 ini jangan lupa cuci tangan pakai sabun," ujar Bima.
Sementara itu, Bima menjelaskan Pemkot Bogor bekerja sama dengan Lapor COVID-19 dan Nanyang Technological University Singapore telah melakukan sebuah survei di Kota Bogor. Survei ini dilakukan untuk melihat sejauh mana persepsi warga Kota Bogor terhadap COVID-19 dan menaati seruan pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.
"Hasilnya menarik, ternyata warga paling suka jaga jarak, sering pakai masker dan di tengah-tengah cuci tangan," imbuh Bima.
Bima juga menjelaskan, dari hasil survei juga didapati bahwa warga lebih percaya mendengar nasehat atau informasi dari dokter, kedua tokoh agama, ketiga pejabat baru terakhir selebritis. Untuk di Kota Bogor, Bima Arya membentuk tim Merpati yang tugasnya mengedukasi dan sosialisasi.
"Karena warga masih perlu untuk dijangkau, dicerahkan dan diedukasi apalagi 16 persen warga percaya COVID-19 itu konspirasi buatan manusia, 29 persen mengaku tidak percaya konspirasi, dan 50 persen antara iya dan tidak," kata Bima.
Di sisi lain Bima menuturkan, berdasarkan data klaster keluarga di Kota Bogor menempati peringkat utama. Tercatat, sampai saat ini ada 277 keluarga dengan kasus positif 170. Sebagian besar kasus terpapar karena anggota keluarga yang keluar rumah atau tempat kerja
(ega/ega)