Pernyataan Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kominfo Henri Subiakto soal demonstrasi buruh terkait omnibus law UU Cipta Kerja menuai polemik. Pernyataan di Twitter itu dianggap merendahkan buruh.
Mulanya Henry menulis di akun Twitter-nya bahwa buruh berdemo adalah hal logis. Menurutnya, kekuatan buruh terletak pada demonstrasi, bukan argumentasi.
"Buruh demo itu logis, karena kekuatan utama mereka memang di situ bukan di argumentasi. Tapi kalau ngaku intelektual ikut demo seperti buruh, berarti mereka lemah dalam argumentasi, dan enggan adu dalil dan konsep di MK (Mahkamah Konstitusi). Lebih senang atau menikmati budaya grudak gruduk," tulis Henry di akun @henrysubiakto, Senin (12/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuitan itu lantas mendapat respons beragam dari warganet. Ada yang menganggap cuitan Henry merendahkan buruh dan mengabaikan para intelektual terkenal yang juga pernah turun untuk berdemo.
Henry lantas memberikan penjelasan bahwa cuitannya itu dalam konteks membicarakan UU Cipta Kerja. Menurutnya, intelektual juga berdemo, tetapi dalam konteks memprotes rezim otoriter.
"Konteksnya dalam konteks kita menghadapi sebuah UU. Kalau buruh itu kekuatannya itu memang demo. Kekuatan utamanya. Artinya buruh itu bisa beragumentasi, debat dan lain sebagainya, tetapi kekuatan utamanya demo," ujar Henry saat dihubungi, Selasa (13/10).
"Kalau intelektual terkait menghadapi rezim otoriter dan terpanggil hatinya untuk turun ke jalan atau untuk menggulingkan otoritarianisme itu hal yang biasa," lanjutnya.