Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mengaitkan viralnya lintang kemukus dengan draconid. Draconid ialah hujan meteor tahunan.
Dilansir dari Space.com, draconid ialah hujan meteor tahunan yang muncul setiap bulan Oktober. Letupan meteor draconid biasanya sederhana, menghasilkan hanya beberapa meteor per jam.
Draconid biasanya terjadi dari 6 Oktober hingga 10 Oktober setiap tahun, terkadang menampilkan penampakan yang luar biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 1933, misalnya, pengamat antariksa di Eropa melihat hingga 500 draconid per menit. Dan pengamat di seluruh Amerika Serikat bagian Barat melihat ribuan Draconid per jam di waktu puncak pada tahun 1946.
Fenomena draconid ini bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, untuk melihatnya, langit harus dalam kondisi cerah.
Sebelumnya, LAPAN menyebut lintang kemukus sebagai istilah orang Jawa untuk bintang berekor. Lintang kemukus tidak mengandung bahaya.
"Fenomena lintang kemukus itu adalah istilah Jawa untuk bintang berekor. Kebetulan memang beberapa hari terakhir itu sedang musim hujan meteor Draconid, jadi itu bisa jadi bagian dari fenomena hujan meteor tersebut," kata Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN Emanuel Sungging Mumpuni saat dihubungi, Minggu (11/10/2020).
Mulanya lintang kemukus itu tampak dalam bentuk garis sinar berwarna oranye terlihat di langit pada Sabtu (10/10) malam. Garis sinar oranye itu terlihat oleh warga Tuban dan Bojonegoro. Warga menyebutnya lintang kemukus (komet). Fenomena ini pun viral di media sosial.
"Tadi malam ada lintang kemukus, di utara timur. Pas kebetulan saya di teras rumah lihat ke langit utara. Suasana kampung memang sepi tadi malam karena sorenya hujan. Kaget juga sebenarnya," ujar salah seorang warga, Aldi kepada detikcom, Minggu (11/10/2020).
Tonton juga 'Detik-detik Benda Diduga Meteor Melintas di Langit Pennsylvania AS':
(rdp/imk)