Seorang wanita berkewarganegaraan Indonesia (WNI) ditangkap di wilayah Filipina bagian selatan karena diduga merencanakan serangan bom bunuh diri. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah berkoordinasi dengan otoritas Filipina terkait hal ini.
"KBRI Manila dan KJRI Davao telah berkoordinasi dengan otoritas setempat mengenai dugaan seorang WNI dengan inisial RFR yang telah ditangkap pada Sabtu, 10 Oktober 2020 oleh Satgas Gabungan Aparat Keamanan Filipina di Sulu," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu RI, Judha Nugraha, ketika dihubungi, Sabtu (10/10/2020).
Judha mengatakan WNI berinisial RFR memang sudah tercatat dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh aparat keamanan setempat. Hal itu berkaitan dengan peristiwa bom di Kota Jolo pada 24 Agustus 2020 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"RFR sebelumnya terdaftar dalam pencarian orang oleh aparat setempat sebagai tindak lanjut hasil investigasi pasca-twin bombing di Kota Jolo 24 Agustus 2020," ujarnya.
Saat ini, Kemlu melalui KBRI Manila dan KJRI Davao masih melakukan koordinasi dengan otoritas setempat untuk mendapatkan akses kekonsuleran. Hal itu dilakukan untuk verifikasi identitas WNI tersebut.
"KBRI Manila dan KJRI Davao sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk mendapatkan akses kekonsuleran guna melakukan verifikasi identitas dan kewarganegaraan yang bersangkutan," ucapnya.
Sebelumnya, disebutkan WNI bernama Rezky Fantasya Rullie ditangkap dalam penggerebekan pada Sabtu (10/10) dini hari waktu setempat di Kota Jolo, Provinsi Sulu, Filipina. Rezky diyakini sebagai janda dari seorang militan asal Indonesia yang tewas di Sulu pada Agustus lalu.
Dilansir dari AFP, Disebutkan juga oleh Satuan Tugas Gabungan bahwa WNI ini juga diyakini sebagai anak perempuan dari dua pengebom bunuh diri yang menewaskan 21 orang di sebuah katedral Katolik di Jolo, tahun lalu. Serangan itu diduga didalangi oleh sebuah kelompok terkait militan Abu Sayyaf.
"Kami telah mengejar teroris asing pengebom bunuh diri di Sulu setelah ledakan bom kembar di kota Jolo (pada Agustus)," tutur Brigadir Jenderal William Gonzales dari Satuan Tugas Gabungan tersebut.
"Rullie menjadi yang pertama dalam daftar kami sejak kami menerima laporan intelijen bahwa dia akan melakukan (sebuah) bom bunuh diri," ungkapnya.
(eva/azr)