Hadits Nabi merupakan sumber hukum ajaran agama Islam setelah Al-Qur'an. Dalam hadits, juga dikenal beberapa istilah seperti hadits shahih, hasan dan dhaif. Hal ini berimplikasi pada sikap umat Islam dalam memperlakukan dan memberlakukannya sebagai hujjah (dalil).
Isi dari Al-Qur'an tentu tidak perlu diragukan keasliannya karena sudah tidak ada keraguan terhadapnya. Sedangkan hadits perlu sikap kritis untuk menyikapi kehadirannya. Sanad, matan dan rawi menjadi unsur yang penting untuk menentukan derajat sebuah hadits.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut pengertian dan perbedaan dari Sanad, Matan serta Rawi:
1. Sanad
Sanad menurut bahasa adalah sandaran atau tempat bersandar. Sedangkan sanad menurut istilah adalah jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits. Dikutip dalam buku "Memahami Ilmu Hadits" oleh Asep Herdi, secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits Nabawi, yaitu segala hal yang disandarkan (idlafah) kepada Nabi SAW.
2. Matan
"Matan" atau "al-matn" menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad".
Berkenaan dengan matan atau redaksi hadits, maka ada beberapa yang perlu dipahami:
- Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan.
- Matan hadits itu sendiri dalam hubungan dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al-Qur'an (apakah ada yang bertolak belakang).
3. Rawi
Rawi adalah unsur pokok ketiga dari sebuah hadits. Kata "Rawi" atau "ar-Rawi" berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-Hadits). Antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.
Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi. Sehigga yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan, menerima dan memindahkan hadits.