Menyelisik Alasan Sulaiman Lepaskan Marah dengan Kolase Ma'ruf-Kakek Sugiono

Menyelisik Alasan Sulaiman Lepaskan Marah dengan Kolase Ma'ruf-Kakek Sugiono

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Sabtu, 03 Okt 2020 10:18 WIB
Wakil Presiden Maruf Amin
Wapres Ma'ruf Amin (Foot: dok. Setwapres)
Jakarta -

Pakar komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan saat ini marak pengungkapan emosi melalui simbol nonverbal di media sosial. Salah satunya yang terjadi pada kolase Wapres Ma'ruf Amin dan bintang porno 'Kakek Sugiono'.

"Sering kali pengungkapan rasa lewat simbol-simbol nonverbal: meme, poster, kolase, dan lain-lain karena sang pengirim pesan merasa pengungkapan perasaannya secara verbal: dialog, melakukan pembicaraan secara langsung, tak memberikan efek yang diharapkannya," kata Firman kepada wartawan, Jumat (2/10/2020).

Firman menilai mantan Ketua MUI kecamatan di Tangjungbalai, Sulaiman Marpaung (SM), mengunggah kolase itu lantaran mengungkapkan ekspresi keberatan atas pernyataan Ma'ruf Amin soal K-Pop. Lalu Sulaiman dinilai merasa tak ada kepercayaan terhadap dialog, sehingga menggunakan media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemicu pemuatan kolase di FB tersebut diduga adalah keberatan penyampai pesan terhadap statement Kiai Ma'ruf Amin terkait K-Pop. Atas keberatan itu, dalam kondisi tak adanya kepercayaan terhadap dialog atau tak adanya sarana untuk berdialog, seraya adanya kemudahan memanfaatkan media sosial, maka penyampai pesan memanfaatkan sarana media sosial," jelasnya.

Media sosial hari ini, menurut Firman, minim dengan etika berkomunikasi. Seperti informasi kontroversial dapat menyebar dengan luas secara cepat.

ADVERTISEMENT

"Sayangnya, watak media sosial hari ini, untuk memperoleh tanggapan yang luas adalah memuat informasi yang kontroversial, mengandung drama, atau hal-hal yang di luar kelaziman tanpa etika," katanya.

Firman menyatakan harusnya Sulaiman mengedepankan etika dalam memberikan kritik. Apalagi kepada seorang wakil presiden.

"Inilah yang kemudian terjadi, suka tidak suka dengan statement Kiai Ma'ruf Amin, harusnya disadari posisinya, wapres sebagai salah satu lambang negara. Kehormatan sebuah negara terkandung di dalamnya," tutur dia.

Menurut Firman, harusnya Sulaiman Marpaung mengedepankan langkah dialog dalam menyampaikan aspirasi ini. Dialog juga dianjurkan dalam penanganan kasus ini.

"Sehingga, untuk mengungkapkan ketidaksepakatan, harusnya diutamakan langkah dialog. Demikian juga dengan proses penanganannya: mengemukakan dialog adalah hal yang lebih dianjurkan, mencegah gejolak sosial lebih lanjut. Sebab, semata menegakkan hukum dengan menangkap, menahan, menghukum, justru tak dapat menguak persoalan yang sebenarnya terjadi. Gejolak sosial dapat diredam dengan menempuh langkah-langkah, cara-cara, yang tenang," katanya.

Firman menyebut dialog tidak berjalan dengan efektif, maka media sosial adalah salah satu medium yang mudah diakses. Ketika informasi yang kontroversial muncul, kemudian dengan cepat direspons oleh publik.

"Matinya dialog, sementara menjangkau media sosial lebih mudah. Fabrikasi lewat penyampaian informasi yang kontroversial mengandung drama atau ketaklaziman lebih mudah membangkitkan sentimen pendukung. Inilah yang terjadi. Maka akan lebih keruh suasananya jika hanya penegakan hukum yang diandalkan," katanya.

Masyarakat saat ini, kata Firman, lebih memilih media sosial untuk menyampaikan informasi, namun tidak mencerna secara utuh, sehingga terjadinya kesalahpahaman. Dengan demikian, dialog adalah salah satu cara untuk menyampaikan aspirasi.

"Situasi hari ini, di mana masyarakat mengutamakan media sosial dalam menyampaikan tujuan komunikasi, adalah hilangnya konteks dan tersampaikannya pesan secara utuh. Memotong bagian-bagian yang dianggap menarik (disinformasi) merupakan cara untuk menggalang dukungan massa. Maka dialog adalah pilihan tepat menghadapi keadaan ini," sebut dia.

Selain itu, Firman mendorong agar masyarakat mencerna informasi secara utuh serta mencari lebih banyak referensi terhadap semua informasi yang beredar di media sosial. "Mungkin referensi yang bisa jadi tambahan," tutur Firman.

Sebelumnya, Polri mengungkapkan motif dasar Ketua MUI tingkat kecamatan di Tanjungbalai, Sulaiman Marpaung, mengunggah kolase foto Wapres Ma'ruf Amin dan bintang porno Jepang Shigeo Tokuda alias Kakek Sugiono. Alasannya, dia geram atas pernyataan Ma'ruf Amin soal K-Pop.

Ma'ruf menyampaikan pernyataan soal K-Pop itu di acara Peringatan 100 Tahun Kedatangan Warga Korea di Indonesia melalui konferensi video, Minggu (20/9). Dalam video itu, Ma'ruf bicara mengenai hubungan erat Indonesia dengan Korea Selatan.

"Indonesia bisa banyak belajar dari Korea. Investasi dan alih teknologi diharapkan bisa membuat produk Indonesia semakin meningkat kualitasnya, bisa diekspor ke luar negeri. Hingga diharapkan juga makin banyak produk-produk Indonesia bisa diterima di Korea," ujar Ma'ruf, dalam keterangan tertulis.

Tonton video 'Ini Wajah Pengunggah Kolase Ma'ruf-Kakek Sugiono'':

[Gambas:Video 20detik]



Halaman 2 dari 2
(lir/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads