Menyimak Lagi Pernyataan Jokowi soal BIN Terlibat Sejak Awal Pandemi

Menyimak Lagi Pernyataan Jokowi soal BIN Terlibat Sejak Awal Pandemi

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Senin, 28 Sep 2020 15:55 WIB
Presiden Jokowi saat berpidato di Sidang Umum PBB
Presiden Jokowi (Biro Pers Setpres)
Jakarta -

Jauh sebelum keterlibatan BIN dalam penanganan COVID-19 menjadi perbincangan publik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebenarnya sudah melibatkan lembaga telik sandi itu sejak awal pandemi. Kala itu Jokowi meminta BIN, Polri, dan TNI membantu ikut pelacakan kontak pasien Corona.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat meninjau Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (13/3/2020). Jokowi awalnya mengatakan akan membentuk tim reaksi cepat penanganan COVID-19.

"Tadi sudah saya sampaikan tim reaksi cepat juga, sudah dibentuk dipimpin oleh Kepala BNPB Pak Doni, dan sudah disiagakan di rumah sakit tipe A," kata Jokowi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim reaksi ini akan bersiaga di 135 lokasi pintu gerbang masuk Indonesia. Selain itu, tim reaksi cepat akan berjaga di 132 rumah sakit rujukan, 109 rumah sakit TNI, 53 rumah sakit Polri, dan 65 rumah sakit BUMN.

Tak hanya itu, Jokowi juga memerintahkan Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, dan TNI ikut membantu pelacakan.

ADVERTISEMENT

"Setiap ada klaster baru tim reaksi cepat kita pasti masuk, tadi saya sampaikan tim reaksi cepat yang dibantu intelijen BIN dibantu dari intelijen Polri dan TNI," kata Jokowi.

BIN Ungkap Permodelan Puncak Corona

Tak hanya ikut membantu pelacakan, BIN juga mengungkap permodelan yang dibuat pemerintah terkait penyebaran virus Corona. Saat itu BIN mengungkap puncak kasus Corona terjadi 60-80 hari sejak pertama kali diumumkan atau pada April-Mei saat memasuki Ramadhan.

"Jadi, kalau kita hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa," kata Deputi V BIN Afini Boer dalam diskusi 'Bersatu Melawan Corona' di Little League, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (13/3).

Afini juga mencontohkan permodelan yang ada di China dan Inggris. Untuk kasus di Indonesia, permodelan dibuat sesuai dengan data-data terkait Corona yang sudah ada.

"Di Indonesia sebetulnya bekerja sama dengan beberapa pihak, itu sama juga membuat permodelan dari data yang sudah ada. Dari permodelan yang ada, kita memperkirakan bahwa masa puncak di Indonesia itu akan berlaku 60-80 hari sejak infeksi pertama itu diumumkan tanggal 2 Maret," kata Afini.

BIN juga ikut memprediksi penularan Corona jika ada konsentrasi massa saat salat Idul Fitri 1441 H. Hal itu disampaikan Menag Fachrul Razi.

"BIN memberikan prediksi, kalau kita masih melakukan salat Id di luar, maka akan terjadi pelonjakan angka penularan COVID-19 yang signifikan," kata Fachrul dalam konferensi video seusai rapat terbatas, Selasa (19/5).

Tonton video 'Jokowi: Rata-rata Kematian Corona di RI Lebih Tinggi dari Dunia':

[Gambas:Video 20detik]




Penjelasan BIN

BIN menjawab pertanyaan publik mengenai keterlibatan pihak intelijen dalam penanganan pandemi COVID-19. BIN menegaskan keterlibatannya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.

"BIN diberikan kewenangan oleh UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang intelijen negara untuk membentuk Satgas dalam pelaksanaan aktivitas intelijen (pasal 30 huruf d). Ancaman kesehatan juga merupakan bagian dari ancaman terhadap keamanan manusia yang merupakan ranah kerja BIN sehingga dengan dasar tersebut BIN turut berpartisipasi secara aktif membantu Satgas Penanganan COVID-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis) di antaranya berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi dan kerja sama dalam pengembangan obat dan vaksin," kata Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto, dalam keterangan tertulis, Senin (28/9/2020).

Wawan mengatakan keterlibatan intelijen dalam penanganan kesehatan merupakan hal yang lumrah. Dia mencontohkan hal serupa terjadi di Amerika Serikat (AS).

Wawan menjelaskan apa yang dilakukan BIN semata-mata untuk membantu pemerintah dalam mempercepat penanganan pandemi COVID-19 melalui 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment. Menurut dia, kapasitas testing di Indonesia masih di bawah rata-rata tes harian yang ditetapkan WHO.

"Oleh karenanya, BIN bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian dan universitas yang memiliki fasilitas laboratorium BSL 2 dan 3 di berbagai daerah utamanya yang masuk dalam zona merah COVID-19, untuk meningkatkan kapasitas uji spesimen dengan memberikan bantuan berbagai bantuan alat laboratorium, mulai dari RT PCR hingga berbagai peralatan lainnya, seperti reagen dan sebagainya. Selain itu, BIN juga membangun 1 lab stasioner berstandar BSL-2+ dan 4 unit lab mobile berstandar BSL-2 untuk membantu mempercepat dan memperbanyak kapasitas testing, yang mampu menjangkau zona-zona merah yang sebelumnya tidak dapat dijangkau," ujar Wawan

Halaman 2 dari 2
(knv/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads