Diperkirakan, vaksin-vaksin COVID-19 baru bisa didistribusikan secara luas ke seluruh dunia pada 2021. Banyak negara masih harus menahan pandemi COVID-19 ini tanpa vaksin. Apa yang akan terjadi pada dunia?
Boston Consulting Group (BCG) merilis laporannya berjudul 'Pandangan soal Vaksin dan Pengobatan', diakses detikcom pada Kamis (24/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, kasus harian COVID-19 secara global mengalami kenaikan namun perlahan-lahan. Namun khusus di Asia, laju kenaikannya tidak perlahan-lahan. Di Eropa, sejumlah negara melihat potensi pandemi COVID-19 gelombang kedua.
Di sisi lain, pengembangan vaksin dan obat masih berproses.
Sejauh ini di seluruh dunia, ada 38 vaksin yang menjalani uji klinis, 9 di antaranya sudah masuk uji klinis Fase III. Distribusi luas untuk vaksin diprediksi baru terlaksana pada kuartal 2 tahun 2021.
Untuk obat COVID-19, ada 254 kandidat obat, kandidat utama ada 4 obat. Distribusi obat COVDI-19 secara luas diprediksi dilakukan pada kuartal 4 tahun 2020 alias akhir tahun ini.
Dalam kondisi demikian, menurut BCG, ada empat skenario yang mungkin terjadi pada 2021:
1. Pemulihan cepat
Fase persetujuan vaksin segera disambut dengan tindak lanjut organisasi pemerintah menuju adopsi cepat. Bila ini yang terjadi, pemulihan kondisi ekonomi akan cepat.
Pemulihan cepat bisa dilakukan bila vaksin bisa dipastikan secara lebih cepat.
"Pada kuartal ketiga (Juli, Agustus, September) 2021, pihak pemimpin ekonomi yang mempunyai akses terhadap vaksin bisa menahan pandemi," demikian kata BCG dalam paparannya.
Karakteristik dari kondisi pemulihan cepat ini adalah, pertama, teknologi kesehatan harus menunjukkan kemajuan yang berarti. Vaksin-vaksin harus terbukti ampuh dengan efikasi lebih dari 70%. Kedua, masyarakat juga harus tanggap dengan cara menerima vaksinasi, menerapkan jaga jarak, penggunaan masker, dan menerapkan pelacakan kasus COVID-19, serta mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah.
Virus harus terkontrol dengan tingkat infeksi menurun, semua menjadi 'zona hijau'. Dengan kondisi itu, pemulihan ekonomi dan sosial ditandai dengan optimisme daya beli yang tinggi. Pemulihan ekonomi akan terjadi di negara yang mendapat vaksin lebih awal, dilanjutkan dengan negara-negara lain.
2. Kepercayaan diri yang berhati-hati
Karakteristik dari skenario ini adalah efikasi vaksin berada pada level menengah, yakni dengan persentase 50-70%. Pihak yang mendapat manfaat adalah orang dewasa yang sehat. Di sisi lain, penyembuhan baru juga telah diterapkan dengan kemanjuran tinggi.
Karakteristik kedua dari skenario ini, vaksin diberikan bukan untuk semua warga namun khusus untuk kelompok-kelompok yang ditargetkan saja. Penggunaan masker, penerapan jaga jarak, hingga pelacakan dan penapisan COVID-19 diterapkan untuk kelompok rentan. Dengan kondisi demikian, maka virus Corona akan dapat dikendalikan pada akhir 2021.
Baca juga: 3 Hal yang Nggak Boleh Dilakukan Saat Resesi |
"Volume kasus akan menurun namun hanya secara bertahap seiring dengan semakin banyaknya orang yang divaksinasi," kata BCG.
Ekonomi akan bangkit secara perlahan, namun sekolah dan panti jompo masih tetap terdampak.
3. Euforia yang salah
Skenario ini punya karakteristik efikasi vaksin menengah berkisar 50-70% saja di populasi yang terbatas. Penerapan vaksinasi tinggi.
Penerapan vaksin yang tinggi malah membuat orang-orang salah paham dan meninggalkan prinsip jaga jarak, tidak lagi menggunakan masker, dan menghentikan pelacakan dan penapisan COVID-19.
Akibatnya, COVID-19 naik lagi, atau mengalami turun-naik selama 2021. Pemulihan ekonomi dibuka secara hati-hati dan daya beli bergerak lambat dan singkat.
4. Paceklik berkepanjangan
Kondisi ini bisa terjadi apabila karakteristik yang muncul adalah efikasi vaksin yang rendah, di bawah 50%. Hanya sedikit saja pengobatan yang tersedia dengan hasil yang terbatas.
Prinsip jaga jarak, mengenakan masker, pelacakan, dan penapisan COVID-19 jalan terus. Orang-orang kembali beraktivitas seperti biasa.
Akibatnya, wabah virus Corona terus berlanjut di banyak wailayah. Lockdown lokal menjadi kenormalan baru. Daya beli menurun.
Yang harus dilakukan
BCG menyarankan agar pemimpin publik dan pemimpin ekonomi melakukan langkat tertentu, yakni secara aktif menerapkan gerak maju.
Pertama, mendukung riset dan pengembangan vaksin alternatif dan kandidat obat.
Kedua, mendorong kemitraan dengan sektor swasta untuk meningkatkan industri dan distribusi.
Keempat, melanjutkan fokus intervensi non-pengobatan seperti mengenakan masker dan jaga jarak.
Kelima, mendorong kantor-kantor menerapkan pemulihan aktivitas secara bertahap.
Keenam, memastikan komunikasi yang rutin dan konsisten untuk menguatkan kewaspadaan, memberi semangat, dan menanggulangi misinformasi.
Ketijuh, terus mendorong tes COVID-19 dengan pelacakan dan penapisan (tracking dan tracing) yang efektif.
Kondisi saat ini
Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara terkemuka cenderung bervariasi. Namun, peluang untuk pulihnya ekonomi terlihat.
Prediksi ekonomi mengindikasikan sebuah rebound pada naiknya PDB tahun 2019 terjadi baru pada akhir 2021 untuk negara ekonomi atas.
Angka pengangguran untuk negara-negara dengan ekonomi kuat bakal menurun atau melandai. Di AS, pekerjaan-pekerjaan temporer akan pulih, angka kehilangan pekerjaan-pekerjaan permanen akan melandai.
Retail dan pergerakan rekreasi pulih paling cepat, sejumlah negara sudah di atas level pra-krisis, pemulihan mobilitas ke tempat kerja tetap rendah mengindikasikan penerapan WFH
Di AS, aktivitas bisnis di semua sektor kecuali energi telah pulih seperti tahun sebelumnya. Di Eropa, sektor otomotif dan mobilitas memperlihatkan kepulihan yang kuat
5 Dari 24 sektor saat ini di atas total pengembalian pemegang saham (TSR: total shareholder return) pra-krisis. 6 Sektor punya saham signifikan dari perusahaan dengan lebih dari 15% risiko awal (retail, otomotif, transportasi, hospitality, real estate, dan energi).