Setelah berulah pada Desember - Januari lalu, China Coast Guard kembali bertingkah dengan melanggar batas perairan Indonesia di kawasan Natuna Utara pada Sabtu, 12 September. Sejumlah kapal patroli Bakamla dan TNI-AL baru berhasil mengusirnya pada Senin pagi (14/9).
Aksi-aksi semacam ini sepertinya tak akan berhenti. China dengan segala sumber daya yang dimilikinya akan terus berupaya menunjukkan eksistensinya seperti klaim mereka. Lantas, bagaimana Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai Coast Guard Indonesia menyiasati hal tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami secara berkesinambungan menggelar grey zone operation di Natuna Utara dan wilayah-wilayah perbatasan yang belum selesai," kata Kepala Bakamla Laksamana Madya Aan Kurnia kepada detik.com, Rabu (16/9/2020). Operasi ini, ia melanjutkan, mengedepankan kapal-kapal pemerintah noncombatan (bukan kapal perang).
Langkah semacam ini sebagai simbol bahwa Indonesia hadir menjaga kedaulatan teritorialnya. Tapi kehadiran semacam itu harus juga diikuti dengan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi potensi sumber daya alam di sana untuk kepentingan nasional secara optimal.
Untuk menopang hal itu, pemerintah melalui Kementerian Kelautan terus berupaya melengkapi infrastruktur yang dibutuhkan seperti membangun Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu. Begitu pula dengan Pertamina yang membangun SPBU dan memberikan subsidi bahan bakar untuk para nelayan di sana.
"Idealnya tentu bukan cuma nelayan yang beraktivitas di sana, para akademisi dan peneliti berbagai bidang juga perlu melakukan riset di Natuna Utara. Riset terakhir dilakukan 1996, itu sudah lama sekali," kata Aan Kurnia.
Dia yakin langka semacam itu akan dapat mengimbangi upaya China maupun Vietnam dan negara-negara lain terhadap Natuna Utara. Selama ini, China selalu mengedepankan kapal-kapal nelayan mereka memasuki perairan Natuna. Tapi di belakangnya ada China Coast Guard dan dalam posisi lebih jauh lagi bersiaga kapal perang mereka.
"Di dalam kapal nelayannya itu ada China Maritime Militia. Mereka sangat militan karena sudah dididik bela negara," ujarnya.
Dengan taktik mengedepankan kapal-kapal sipil semacam itu, dunia internasional tak terlalu mempersoalkannya meskipun telah melanggar kedaulatan wilayah negara lain.
Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Kepala Bakamla Laksdya Aan Kurnia, "Siasat Bakamla Menjaga Natuna" di detik.com, Jumat (18/9/2020).