Salah satu peserta tes CPNS Kementerian ESDM di Bandung, Dewanti Farah Dwiputri (25) atau yang akrab disapa Putri memiliki alasan mengikuti tes ini. Menurutnya, selama ini dia sudah bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu kementerian dan kini dia ingin jenjang karir yang memiliki kepastian di masa depan.
"Yang memotivasi saya untuk melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang utama adalah karena saat ini saya adalah pegawai honorer, jadi sudah waktunya saya memperbaiki status kepegawaian saya dari pegawai kontrak menjadi pegawai tetap," ujar Putri dalam keterangan tertulis, Selasa (8/9/2020).
Putri melamar sebagai Tenaga Fungsional Analisis Kepegawaian. Selain kepastian karier, ia mengaku dalam memilih karier juga harus mempertimbangkan tiga hal, yakni minat, kebermanfaatan, dan kestabilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bekerja, saya mempertimbangkan tiga hal, pertama adalah minat, kebermanfaatan dan kestabilan. Ketertarikan saya kan yang memang pengembangan diri manusia, makanya sekarang juga saya bergabungnya di pengembangan kompetensi pegawai, dan saya pikir juga salah satu tugas Fungsional Analisis Kepegawaian adalah menganalisa kompetensi pegawai juga," tuturnya.
Soal pertimbangan kebermanfaatan, Putri berharap apa yang dilakukannya bisa bermanfaat bagi banyak orang.
"Analisis Kepegawaian meskipun tidak secara langsung berdampak kepada masyarakat banyak tetapi sangat berdampak kepada pegawai, saya juga meyakini dengan dimulai dari pengelolaan pegawai yang tepat, itu akan melahirkan orang-orang yang bisa sangat-sangat kapabel di bidangnya, bisa menempatkan orang yang sesuai pada kompetensinya," urainya.
Ketika Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) di Bandung, lulusan jurusan Psikologi, Universitas Islam Bandung tahun 2017 ini meraih nilai tertinggi, yakni 355.
Putri juga mengapresiasi Panitia Seleksi Penerimaan CPNS Kementerian ESDM yang melaksanakan rangkaian seleksi dengan protokol kesehatan ketat yang sangat diperlukan di saat situasi pandemi seperti sekarang.
"Saya mengapresiasi panitia yang melaksanakan seleksi dengan protokol Kesehatan yang ketat. Kebijakan ini akan membuat kita bisa saling menjaga untuk tidak saling menularkan penyakit. Kita tidak tahu apakah kita atau orang yang berpotensi menularkan atau ditularkan. Jadi dengan kebijakan itu kita bisa sama-sama menjaga sesuai standar operasional prosedur yang ada," pungkasnya.
(mul/ega)