Penjelasan dan Kontroversi Agen Radikalisme Good Looking

Round-Up

Penjelasan dan Kontroversi Agen Radikalisme Good Looking

Tim detikcom - detikNews
Senin, 07 Sep 2020 05:47 WIB
Menag Fachrul Razi hadiri rapat bersama Komisi VIII DPR. Sejumlah hal dibahas di rapat itu, salah satunya soal upaya pencegahan virus corona untuk jemaah haji.
Menag Fachrul Razi (Foto: Lamhot Aritonang)
Jakarta -

Diskursus mengenai polemik agen radikalisme berpenampilan baik atau good looking yang diembuskan Menag Fachrul Razi kian melebar. Namun Fachrul tetap kukuh dengan pernyataannya meski kecaman datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Mengenai strategi paham radikal masuk melalui orang yang berpenampilan menarik ini awalnya disampaikan Fachrul dalam webinar bertajuk 'Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara', yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu (2/9). Fachrul mulanya meminta ASN untuk waspada terhadap pemikiran radikal.

"Kalau kita bicara tentang radikalisme ASN, maka banyak tempat yang perlu kita waspadai, tempat pertama adalah pada saat dia masuk, kalau tidak kita seleksi dengan baik, khawatir kita benih-benih atau pemikiran-pemikiran radikal itu akan masuk ke pemikiran ASN," kata Fachrul mengawali diskusi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fachrul lantas meminta KemenPAN-RB dan sejumlah instansi lain untuk melakukan seleksi ASN dengan teliti. Setelah itu, Fachrul berbicara mengenai dua kemungkinan radikalisme masuk melalui lembaga pendidikan dan di rumah ibadah.

Selain melalui pendidikan, ada paham radikal yang masuk melalui rumah ibadah ASN atau di lingkungan masyarakat. Dia pun bercerita pernah mendeteksi adanya paham radikal di lingkungan kementerian, tapi dia tidak menyebut kementerian mana.

ADVERTISEMENT

"Saya katakan di tempat institusi pemerintahan sangat banyak peluang untuk masuk pemikiran-pemikiran radikalisme. Sehingga saya pernah mengingatkan seorang menteri karena saya pernah salat Jumat di tempat itu, mohon maaf kalau saya bilang salat Jumat, bukan berarti kalau radikal itu hanya Islam saja, bukan. Saya salat Jumat di masjid itu saya terkejut saya WA menteri yang bersangkutan 'Bu ini bahaya sekali nih, kok saya salat Jumat di situ khotbah-nya menakutkan banget itu, kok bisa seperti itu masuk di kita'. Beliau bilang 'Pak dulu banyak lagi, sekarang sudah saya kikis habis masih ada sisa-sisanya dikit, akan saya kikis habis lagi', jadi kembali ini, luar ibadah bukan hanya di luar sana. Di dalam BUMN, di lingkungan pemerintahan pun masuk," ungkapnya.

Adapun cara paham radikal masuk adalah melalui orang yang berpenampilan baik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang bagus. Si anak 'good looking' ini, kata Fachrul, jika sudah mendapat simpati masyarakat bisa menyebarluaskan paham radikal.

"Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan," ucapnya.

Pernyataan Menag itu rupanya menuai sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya MUI yang meminta Menag menarik ucapannya terkait agen radikalisme good looking tersebut.

"MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata," kata Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, kepada wartawan, Jumat (4/9).

Muhyiddin lantas menyinggung pemahaman Menag Fachrul Razi tentang isu-isu radikal. Jangan sampai, kata Muhyiddin, Fachrul mendukung para pihak yang mempunyai agenda terselubung.

"Pernyataan tersebut justru menunjukkan ketidakpahaman Menag dan data yang tak akurat diterimanya. Seakan yang radikal itu hanya umat Islam dan para huffaz Al-Qur'an. Seharusnya Menag yang berlatar belakang militer lebih mengerti tentang peran umat Islam Indonesia dan menjadikannya sebagai rujukan untuk menciptakan stabilitas nasional, persatuan dan kemajuan di tengah kebinekatunggalikaan," kata Muhyiddin, yang juga Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah.

"Menag harus banyak baca literatur yang benar, bukan ceramah yang disiapkan oleh pihak yang sengaja punya hidden agenda di negeri ini. Seharusnya ia berterima kasih dan membantu semua pihak yang mendorong proses islamisasi di kalangan generasi muda dan ghirah umat Islam yang ingin menghafal Al-Qur'an," sambung Muhyiddin.

Muhyiddin juga menyindir Fachrul yang dianggap kerap menyudutkan umat Islam sejak menjabat Menag. Padahal, kata Muhyiddin, ada pengikut agama lain juga yang melakukan gerakan radikal.

"Menag tak boleh mengeneralisir satu kasus yang ditemukan dalam masyarakat sebagai perilaku mayoritas umat Islam. Sejak jadi Menag, yang dijadikan kambinghitamkan adalah umat Islam. Ia sama sekali tak pernah menyinggung pengikut agama lain melakukan kerusakan bahkan menjadikan rumah ibadah sebagai tempat untuk mengkader para generasi anti-NKRI dan separatis radikalis yang jelas musuh bersama. Menag menghilangkan semua stigma negatif tentang umat Islam yang beramar makruf dan nahi munkar demi tegaknya keadilan dan kebenaran di negeri ini," tutur Muhyiddin.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VIII Ace Hasan Syadzily menilai pernyataan Menag Fachrul Razi itu tak sepenuhnya tepat. Ace meminta Fachrul belajar terkait isu-isu radikal secara komprehensif.

"Pernyataan Menteri Agama RI soal radikalisme yang masuk ke masjid-masjid melalui seorang anak yang menguasai bahasa Arab dan good looking tidak sepenuhnya tepat," kata Wakil Ketua Komisi VIII Ace Hasan Syadzily ketika dihubungi, Jumat (4/9).

Ace menilai good looking dan hafiz Al-Qur'an bisa jadi salah satu modus saja. Ace meminta Fachrul Razi tidak menggeneralisasi karena menurutnya bisa memunculkan kekeliruan di masyarakat.

"Bisa jadi hanya salah satu modusnya. Jangan menggeneralisasi gejala munculnya paham radikalisme hanya pada suatu gejala tertentu. Jika Menteri Agama keliru mendeteksi suatu gejala pemahaman radikalisme pada masyarakat, maka dalam membuat kebijakan melawan radikalismenya itu juga pasti akan keliru pula," ujar Ace.

Tanggapan juga datang dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ketua PBNU Marsudi Syuhud menyatakan paham radikal bisa masuk lewat pintu mana saja.

"Iya namanya saja headliners, itu bisa masuk dari pintu mana saja, dari pintu mana saja dari website dari internet, itu kan termasuk, masuk dari mana-mana, wong namanya pandangan begitu, itu keyakinannya dia, ya dari mana-mana," kata Marsudi Syuhud kepada wartawan, Jumat (4/9/2020).

Marsudi mengatakan pernyataan Menag Fachrul soal radikalisme masuk melalui orang berpenampilan menarik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang baik bisa jadi didasari pengalaman mantan Wakil Panglima TNI tersebut. Marsudi menjelaskan sebuah pemahaman bisa juga menyebar lewat pertemanan.

"Kalau saya dari mana-mana bisa, itu kan menurut pengalamannya dia, pengalamannya Menag begitu, tapi kalau namanya paham bisa dari masuk dari mana-mana, paham dari buku-buku dari bacaan dari pertemanan, dari yang tadinya belum begitu paha, temannya kaya gitu, lama-lama kebawa," tutur dia.

Menurut Marsudi, pernyataan Menag Fachrul itu pada intinya meminta masyarakat selalu waspada. Jika ada pemahaman yang menyimpang, masyarakat diminta segera melapor.

"Yang penting tidak di situ persoalannya, persoalannya adalah di kewaspadaannya, masyarakat harus bisa mendeteksi kepada sekelilingnya gitu aja, kalau ada paham-paham menyimpang laporkan, walaupun mereka apa judulnya, itu intinya sesungguhnya kita disuruh hati-hati," imbuh dia.

Atas sorotan tersebut, Menag Fachrul Razi pun memberikan penjelasan lebih jauh mengenai pernyataannya itu. Fachrul awalnya menjelaskan bahwa pernyataan itu disampaikan dalam konteks acara terkait ASN.

"Itu acara internal ASN Menpan RB, dengan tema 'ASN No Radikal'. Ada beberapa narasumber yang diundang, termasuk Menag. Menag memberi masukan pewaspadaan terhadap paham radikal, antara lain yang masuk saat rekrutmen, masuk melalui lembaga pendidikan, dan juga melalui kegiatan ibadah di kantor atau di masyarakat," kata Fachrul mengawali penjelasannya kepada detikcom, Minggu (6/9).

Fachrul mengatakan dirinya hanya mengingatkan seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya paham radikal. Menurut Fachrul, pengurus masjid di instansi pemerintah harus benar-benar dari ASN.

"Untuk itu pengurus-pengurus masjid di instansi pemerintah harus benar-benar dari ASN, bukan dari luar ASN yang berpeluang untuk jalan masuk paham radikal," ujar dia.

"Jalan masuk paham radikal antara lain juga dari masuknya orang-orang yang berpaham radikal ke masjid, biasanya dimulai dari orang-orang yang good looking, berbahasa Arab baik dan pengetahuan agama cukup, yang kemudian setelah diterima di kepengurusan masjid, mulai menyebarkan ajaran-ajaran radikal, biasanya kemudian membawa masuk juga teman-temannya yang berfaham sama. Ini perlu diwaspadai ASN," sambung Fachrul.

Mantan Wakil Panglima TNI ini mengatakan seharusnya pernyataan tersebut tak menyinggung orang-orang yang tidak mempunyai niat buruk. Dia lantas membandingkan dengan penyusupan di dunia intelijen.

"Kata-kata itu harusnya tidak bermaksud menyinggung orang yang tidak berniat buruk. Sama seperti kalau saya mengatakan penyusupan intelijen biasanya dimulai dari memasukkan wanita-wanita cantik berpengetahuan luas ke dalam pergaulan elit; dengan pernyataan itu saya pikir tidak akan ada wanita cantik berpengetahuan luas yang tersinggung," tutur Fachrul.

Selain itu, Fachrul menjelaskan dirinya juga menyampaikan mengenai program penceramah bersertifikat. Program tersebut diharapkan dapat mencegah pemahaman radikal.

"Menag juga memberi masukan tentang program Penceramah Bersertifikat, yang akan membekali para penceramah tentang wawasan kebangsaan. Harapan Menag, program untuk semua agama ini akan dapat menghasilkan penceramah berwawasan luas dan tidak radikal," ujar dia.

Halaman 2 dari 4
(knv/azr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads