Demonstasi anti-Islam di Swedia dan Norwegia yang berujung pelecehan terhadap Al-Qur'an banjir kecaman dari berbagai pihak, salah satunya pemerintah Indonesia. Aksi pelecehan Al-Qur'an dinilai tindakan provokatif dan melukai umat muslim dunia.
Sebelum pemerintah memberikan pernyataan, organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di Indonesia mengecam aksi pembakaran dan peludahan terhadap Al-Qur'an di Swedia. Di samping itu, pemerintah Indonesia mengecam publikasi kembali karikatur Nabi Muhammad oleh tabloid Charlie Hebdo.
"Beberapa rangkaian tindakan atau aksi pembakaran dan perusakan Al-Qur'an di Swedia dan Denmark serta publikasi kembali kartun Nabi Muhammad oleh tabloid Charlie Hebdo. Indonesia mengecam keras semua tindakan ini," ujar Menlu Retno Marsudi dalam video konferensi yang diterima, Jumat (4/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Retno mengatakan tindakan ini berpotensi menyebabkan perpecahan antar-umat beragama di dunia. Aksi pelecehan kitab suci ini juga dinilai bertentangan dengan nilai demokrasi.
![]() |
"Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab, provokatif, dan telah melukai ratusan juta umat Muslim di dunia," ucapnya.
Terlebih, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Retno mengatakan, pembakaran dan peludahan Al-Qur'an berpotensi menyebabkan perpecahan antar-umat beragama.
"Semua tindakan ini bertentangan dengan prinsip dan nilai demokrasi dan berpotensi menyebabkan perpecahan antar umat beragama di tengah dunia memerlukan persatuan untuk menanggulangi pandemi covid-19," ujar Retno.
Sejumlah rangkaian penistaan Al-Qur'an dan Islam terjadi di beberapa negara yakni Swedia, Norwegia, Denmark. Pertama, kerusuhan di Swedia terjadi setelah seorang politikus asal Denmark, Rasmus Paludan, yang dikenal anti-Muslim dilarang untuk menghadiri aksi pembakaran Al-Qur'an di Swedia. Ada sekitar 300 orang turun ke jalanan wilayah Malmo melemparkan batu ke arah polisi dan membakar ban pada Jumat (28/8).
Sementara demo rusuh di Norwegia diwarnai aksi meludahi Al-Qur'an. Seperti dilansir media Jerman, DW, Minggu (30/8), kerusuhan di Oslo itu terjadi pada hari Sabtu (29/8) waktu setempat. Unjuk rasa yang diorganisasi oleh kelompok Stop Islamisation of Norway (SIAN) tersebut berlangsung di dekat gedung parlemen.
Situasi di Norwegia memuncak ketika seorang wanita anggota SIAN merobek halaman dari Alquran dan meludahinya. Wanita yang sebelumnya telah didakwa dan dibebaskan atas dakwaan ujaran kebencian itu, mengatakan kepada para pengunjuk rasa: "Lihat, sekarang saya akan menodai Al-Quran."
Lalu, ada juga majalah satire Prancis, Charlie Hebdo, menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad dalam edisi Rabu (2/9) waktu setempat, dimaksudkan untuk menandai dimulainya persidangan terhadap para tersangka penembakan brutal di kantor Charlie Hebdo di Paris pada Januari 2015 lalu.
Organisasi muslim NU, MUI, hingga Muhammadiyah pun mengutuk keras tindakan tersebut. Sejumlah politikus PPP hingga PKS juga turut berbicara bahwa kondisi keberagaman di Eropa tidak sebaik yang ada di Indonesia.
Pemerintah pun, melalui Menteri Agama Fachrul Razi, turut merespons persoalan tersebut. Fachrul mengaku tidak ingin muncul gejolak dari dalam Indonesia.
"Akan kita tanggapi, tapi dengan hati-hati. Jangan sampai menimbulkan gejolak dalam negeri," kata Fachrul.