Wamenhan Jelaskan Perbedaan Pendidikan Bela Negara dengan Komcad

Wamenhan Jelaskan Perbedaan Pendidikan Bela Negara dengan Komcad

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Rabu, 02 Sep 2020 15:23 WIB
Komisi I DPR RI menggelar rapat kerja (raker) bersama dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hingga Kementerian Luar Negeri (Kemenhan).
Rapat kerja Komisi I DPR dengan Kemenhan. (Rolando/detikcom)
Jakarta -

Wacana pendidikan militer mahasiswa yang masuk dalam program bela negara oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) disoroti DPR. Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan maksud pendidikan bela negara yang didasarkan rasa cinta.

Wamenhan Trenggono menjelaskan soal pendidikan bela negara saat mengikuti rapat kerja bersama Komisi I DPR di kompleks gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/9/2020). Awalnya anggota Komisi I Fraksi Golkar Christina Aryani mempertanyakan soal gagasan pendidikan bela negara dari Kemenhan.

"Bahwa sesungguhnya UU 23 Tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional, bagi pertahanan negara ada mengamanatkan pembinaan kesadaran bela negara lingkup pendidikan dilaksanakan melalui sistem pendidikan nasional oleh Menteri Pertahanan dan Mendikbud," kata Christina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi saya ingin mendengar lagi dari Bapak, sebetulnya rencana Bapak seperti apa? Kurikulumnya kayak bagaimana? Apa beda bela negara dan kewarganegaraan? Kita mendukung, Pak, karena kita khawatir sekali ya di generasi muda kita ini di tengah banyak arus informasi lalu nasionalisme sudah mulai berkurang, belum lagi kita bicara radikalisasi di kampus-kampus kan pernah tuh ada penelitian pro-NKRI atau berdiri sendiri. Nah, ini cukup menakutkan," imbuhnya.

Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono kemudian menjelaskan soal perbedaan pendidikan bela negara dengan komponen cadangan (komcad). Dia menyebut bela negara merupakan sikap dan tekad warga negara.

ADVERTISEMENT

"Jadi bela negara itu adalah sikap, tekad, perilaku warga negara yang menunjukkan kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, sehingga bela negara harus dilakukan oleh seluruh warga negara Indonesia, mulai anak-anak sampai orang tua. Sementara komponen cadangan adalah komponen untuk melapis dan menggandakan kekuatan TNI untuk menghadapi ancaman militer," ujar Trenggono.

Lebih lanjut Trenggono menjelaskan soal komcad. Dia mengatakan komcad merupakan cadangan militer, sehingga perlu pelatihan militer.

"Jadi komcad disiapkan menjadi cadangan militer, sehingga harus diberi pelatihan dasar militer, dan komcad terdiri dari tamtama cadangan, bintara cadangan, dan perwira cadangan," sebutnya.

Pendidikan bela negara, menurut Trenggono, berbeda dengan komcad. Bela negara berdasarkan oleh rasa cinta dan Kemenhan telah mempersiapkan program bela negara dengan Kemendikbud.

"Khusus untuk bela negara, ini kan rasa cinta. Saya berkali-kali menyampaikan bahwa kita saya dengan Menhan sekarang ini intens berbicara dengan Kemendikbud untuk menyiapkan satu program. Bentuknya seperti apa, kita cari supaya rasa cinta itu, rasa cinta kepada bangsa, dimulai dari usia dini. Kenapa? karena tantangan kita ke depan itu adalah seperti sekarang dunia ini seperti broadband sehingga segala macam bentuk serangan dari luar bisa melalui itu, dan ini sedang kita jalankan," beber Trenggono.

Ditemui seusai rapat dengan Komisi I, Trenggono mengatakan komponen cadangan bukan merupakan program wajib. Komponen cadangan pun bukan program paksaan untuk kampus.

"Bukan, jadi kalau komcad itu bukan paksaan, semua orang bisa, seperti kampus misalnya orang misalnya para komcad itu kan ada komponen cadang tamtama, bintara, dan perwira. Kalau di kampus dia pengin masuk bagian dari komponen cadangan, boleh," terang Trenggono.

Sebelumnya diberitakan, Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan wacana soal pendidikan militer satu semester mahasiswa.

Trenggono mengatakan nantinya mahasiswa bisa mengikuti pendidikan militer yang nilainya bisa dimasukkan ke dalam SKS yang diambil.

"Nanti, dalam satu semester mereka bisa ikut pendidikan militer, nilainya dimasukkan ke dalam SKS yang diambil. Ini salah satu yang sedang kita diskusikan dengan Kemendikbud untuk dijalankan. Semua ini agar kita memiliki milenial yang tidak hanya kreatif dan inovatif, tetapi cinta bangsa dan negara dalam kehidupan sehari-harinya," ungkap Trenggono dalam sebuah diskusi online yang disampaikan melalui siaran pers, Minggu (16/8).

Dia menjelaskan, Kemenhan melalui Program Bela Negara akan terus menyadarkan masyarakat terutama para milenial untuk bangga sebagai orang Indonesia. Trenggono lantas membandingkan dengan budaya Korea Selatan.

"Rasa bahwa saya adalah orang Indonesia, terlahir di Indonesia, memiliki kultur Indonesia, adat istiadat Indonesia. Kami ingin melalui Program Bela Negara, milenial bangga terlahir di Indonesia, menjadi bagian dari warga dunia. Ini filosofi dari Program Bela Negara itu," ungkapnya.

"Kita jangan kalah dengan Korea Selatan, yang mampu mengguncang dunia melalui budaya K-Pop. Jika dilihat dari sudut pertahanan, itu cara mereka melalui industri kreatifnya mempengaruhi dunia. Indonesia harusnya bisa seperti itu karena kita punya seni dan budaya yang banyak," lanjut Trenggono.

Trenggono mengatakan kecintaan terhadap negara oleh milenial juga bisa ditunjukkan dengan bergabung dalam komponen cadangan (komcad) sesuai amanat Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara.

"Komcad ini bukan wajib militer," tegasnya.

(rfs/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads