Bantah Latih Influencer, Kominfo Jelaskan soal Siberkreasi-Yosi 'Project Pop'

Bantah Latih Influencer, Kominfo Jelaskan soal Siberkreasi-Yosi 'Project Pop'

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews
Minggu, 30 Agu 2020 20:20 WIB
Ilustrasi Kominfo, Ilustrasi Gedung Kominfo, Gedung Kominfo
Gedung Kominfo (Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET)
Jakarta -

Program Siberkreasi gagasan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ramai diterpa isu miring terkait influencer di media sosial. Kominfo pun memberikan penjelasan terkait program tersebut.

Pembahasan soal Siberkreasi itu bermula dari pernyataan Staf Ahli Menkominfo Henry Subiakto. Henry menjelaskan mengenai salah satu program Siberkreasi yang memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk menjadi influencer.

Pernyataan Henry pun kemudian viral di media sosial. Beragam tudingan pun muncul untuk Siberkreasi, dari disebut sebagai organisasi buzzer/influencer hingga serangan terhadap Ketua Umumnya Yosi Mokalu alias Yosi Project Pop.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kominfo melalui Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan SDM, Dedy Permadi kemudian memberikan penjelasan. Dedy menegaskan tudingan yang beredar liar di media sosial tidaklah benar.

Dedy menjelaskan, Siberkreasi merupakan gerakan nasional literasi digital yang merupakan wadah kolaborasi bersama 108 lembaga dan komunitas. Di dalamnya, kata dia, memang ada program School of Influencer. Pelatihan yang ditujukan untuk masyarakat.

ADVERTISEMENT

"School of influencer bukan pelatihan untuk para influencer. School of influencer bisa dicek di website maupun di medsos Siberkreasi," kata Dedy saat dihubungi detikcom, Minggu (30/8/2020).

Dedy menjelaskan, pelatihan itu ditujukan untuk masyarakat yang tertarik menggeluti bidang konten digital. Dia menegaskan School of Influencer bukan untuk para influencer.

"School of influencer adalah pelatihan untuk masyarakat umum yang tertarik untuk menggeluti bidang konten digital secara lebih mendalam, tujuannya adalah untuk menciptakan champion-champion yang bisa berinternet dengan positif dan produktif di dunia digital. Jadi sekali lagi, School of influencer bukan pelatihan untuk para influencer," paparnya.

Dedy mengungkapkan, selain School of Influencer, Siberkreasi juga memiliki program-program lainnya. Misalnya seperti isu digital lifestyle, digital governer, digital society hingga digital parenting.

"Tema lain, digital parenting. Bagaimana menjadi orang tua yang bijak di era digital. Tema ini popular sekali di masa pelajaran jarak jauh, karena ortu harus mendidik anak, dan memastikan anak menggunakan internet secara bijak. School of influencer itu hanya satu dari sekian banyak program edukasi literasi digital," kata Dedy.

Simak video 'Yosi Mokalu Ajak Masyarakat Bijak Gunakan Medsos Saat Pandemi Corona':

[Gambas:Video 20detik]



Siberkreasi, kata Dedy, bahkan sudah diakui di kancah nasional maupun internasional. Hal itu, lanjutnya, dibuktikan dari penghargaan yang diberikan di level nasional dan internasional.

Dedy juga menepis kucuran dana Rp 90 miliar mengalir ke program School of Influencer. Dia menjelaskan, School of Influencer menjadi satu paket pembiayaan dengan program lainnya.

"School of Influencer itu satu rangkaian paket pembiayaan bersama, bentuknya adalah coaching clinic, pelatihan. Jadi bukan pelatihan influencer dan tidak digunakan untuk membayar influencer.

Begitupun dengan Siberkreasi. Dedy menegaskan, Siberkreasi merupakan wadah kolaborasi, sehingga anggaran yang didapatkan berbentuk kontribusi non-uang.

"Karena ini wadah kolaborasi, maka anggarannya didapatkan dari kontribusi, tidak dalam bentuk uang ya. Biasanya kontribusinya dalam bentuk kegiatan, dalam bentuk support narasumber, dalam bentuk kegiatan pelatihan yang didapatkan dari mitra jejaring Siberkreasi tersebut," ujarnya.

Lebih lanjut, Dedy juga menjelaskan perihal dipilihnya Yosi Mokalu sebagai Ketua Umum Siberkreasi. Dedy mengungkapkan, Yosi saat itu terpilih dalam pemilihan Ketua Umum. Kala itu, juga ada 3 kandidat lainnya.

"Siberkreasi ini wadah kolaborasi. Isinya macem-macem, ada pegiat literasi digital, civil society, universitas, akademisi, penyanyi, seniman, artis film, dsb. Maka ini komunitas yang sebetulnya terbuka. Sehingga di tahun 2019, ketika ada pemilihan Ketua Umum, Mas Yosi terpilihlah menjadi ketua umum," tutur Dedy.

Dedy juga menegaskan, sebagai Ketua Umum Siberkreasi, tak ada gaji atau intensif dari Kominfo. Dia mengatakan, kepengurusan Siberkreasi bersifat sukarela.

"Dan perlu kami sampaikan, bahwa seluruh pengurus Siberkreasi, adalah pengurus yang secara sukarela atau volunteer menjadi pengurus. Tidak ada gaji atau insentif yang didapatkan dari Siberkreasi," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(mae/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads