Anggota MPR RI Syaifullah Tamliha melakukan sosialisasi 4 pilar berbarengan dengan Hari Ulang Tahun (Haul) Idham Chalid yang ke-98. Dalam sosialisasinya ia menekankan tentang semangat perjuangan dan keteladanan pahlawan nasional KH Idham Chalid yang pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet Djuanda.
"Kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan kepada Bapak KH. Dr. Idham Chalid yang pernah menjadi Ketua MPR/DPR. Beliau juga merupakan pahlawan nasional," ujar politisi dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam keterangannya, Jumat (28/8/2020).
Dia berharap kegiatan yang digelar rutin itu mampu memberikan semangat kepada masyarakat bahwa perjuangan itu tidak berhenti, terus menerus dan istiqomah untuk kepentingan bangsa dan negara. Kegiatan ini, disebutnya dapat membangkitkan pemahaman kepada generasi muda tentang keteladanan beliau sebagai Ketua Umum PBNU sekaligus politisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan meneladani Beliau kita harapkan terbentuk kader-kader bangsa yang mempunyai kapasitas, kapabilitas, dan integritas sehingga menjadi kader nasional yang andal di bidangnya. Itulah harapan kita dalam rangka Haul ke-98 Idham Chalid," ungkapnya.
Terkait Sosialisasi 4 Pilar, Syaifullah Tamliha menceritakan banyak kontribusi Idham Chalid dalam memperkuat Pancasila sebagai dasar negara.
"Adanya Eka Prasetya Pancakarsa merupakan salah satu kontribusi beliau. Kontribusi itulah yang membuat adanya P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)," ungkapnya.
Ia juga menyampaikan kepada para peserta sosialisasi dan peringatan haul, jangan sampai ada masyarakat yang mengaku merasa paling agamis atau pancasilais. "Hal demikian diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat membacakan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR. Jadi jangan dibenturkan antara agama dan Pancasila," pungkasnya.
Sebagai informasi, sosok KH Idham Chalid memang cukup terkenal di dunia Islam dan pesantren. Ia merupakan lulusan Pesantren Gontor, Jawa Timur. Idham mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Al-Azhar, Mesir.
Sejarah juga mencatat Idham sebagai sosok sentral dalam pergerakan untuk mempertahankan kemerdekaan di Kalimantan sebagai kaum intelektual. Dalam buku biografi 'Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid: Tanggung Jawab Politik NU dalam Sejarah' tercatat, Idham terlibat dalam pergerakan nasional pascakemerdekaan.
Perjuangannya dimulai dari pesantren saat ia menjadi guru di Gontor pada 1940. Namanya dikenal sebagai salah satu tokoh muslim yang berpengaruh. Tak hanya di kampung halamannya, Kalimantan Selatan, tapi juga di seluruh penjuru Jawa.
(akn/ega)