Analisis Pakar: Ada Faktor Groupthink di Balik Penembakan Kelapa Gading

Analisis Pakar: Ada Faktor Groupthink di Balik Penembakan Kelapa Gading

Luqman Nurhadi Arunanta - detikNews
Rabu, 26 Agu 2020 12:51 WIB
Polisi gelar rekonstruksi penembakan maut di Kelapa Gading. Para pelaku pun dihadirkan dalam proses rekonstruksi penembakan maut tersebut.
Para tersangka menjalani rekonstruksi penembakan di Kelapa Gading. (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta -

Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menduga motif ekonomi bukan pendorong utama para tersangka kasus penembakan di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Reza menduga pemikiran kelompok atau groupthink yang melandasi pembunuhan ini.

"Masuk akal menduga ada motif finansial, tapi tampaknya bukan pendorong utama. Adanya kekerabatan tertentu antarpelaku yang diwarnai groupthink, lebih relevan," kata Reza dalam keterangannya, Rabu (26/8/2020).

Reza menjelaskan groupthink berawal dari desakan waktu yang memaksa sekumpulan orang harus membuat keputusan secepat-cepatnya dengan pertimbangan yang terlalu sederhana. Groupthink dilandasi demi mempertahankan identitas para pelaku sebagai sebuah kelompok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui para tersangka berkaitan satu sama lain dan terlibat dalam satu kelompok keagamaan di Lampung. Adanya groupthink, sebut Reza, membuat mereka berpikir untuk menjalankan misi demi eksistensi kelompok.

"Dalam kasus Kelapa Gading, sekian banyak orang akhirnya terperangkap dalam groupthink demi mempertahankan ikatan kelompok mereka. Jadi, membunuh orang hanya cara untuk mencapai misi. Misi terdepannya bukan memperoleh uang, melainkan memastikan 'kita' sebagai kelompok tetap eksis," ujar Reza.

ADVERTISEMENT

Reza kemudian mengutip pernyataan Victor Frankl, yang menyebut orang-orang yang menenggelamkan diri mereka masing-masing ke dalam diri kelompok sebagai konformitas ekstrim. Hal ini yang makin memperteguh identitas para tersangka sebagai sebuah kelompok.

Reza menyebut tersangka otak peristiwa Nur Luthfiah (34) mampu memantik adanya groupthink. Drama 'kesurupan' membuat tersangka lainnya mau menjalankan rencana sesuai keinginannya.

"Justru NL yang cerdas. Dengan atraksi kerasukannya dia menciptakan tekanan yang memantik groupthink. Klaim dia sakit hati kepada korban boleh jadi mirip dengan extreme emotional disturbance (EED)," jelas Reza.

Reza menilai ada tiga parameter Nur Luthfiah mengalami EED. Namun, dari ketiga parameter yang ada, hanya terpenuhi satu parameter sehingga menimbulkan sanksi soal motif sakit hati tersangka.

"EED punya tiga parameter. Pertama, didahului provokasi. Kedua, jarak antara peristiwa yang memunculkan sakit hati dan aksi kekerasan sangat dekat. Ketiga, karena reaksi spontan, maka modus kejahatannya yang sederhana. Pada NL, maksimal tampaknya hanya terpenuhi parameter pertama. Jadi, benarkah sakit hati benar-benar penyebab NL ingin menghabisi korban?" tutup Reza.

Penembakan yang menewaskan pengusaha Sugianto (51) di Kelapa Gading, Jakut, ini diotaki oleh tersangka Nur Luthfiah. Nur Luthfiah meminta suami sirinya, Ruhiman, mencari eksekutor yang mau membantunya untuk melenyapkan nyawa korban.

Pembunuhan ini dilandasi karena rasa sakit hatinya kepada korban. Nur Luthfiah mengaku dilecehkan oleh korban. Selain itu, dia merencanakan pembunuhan korban karena takut dilaporkan ke polisi lantaran menggelapkan uang setoran pajak perusahaan korban.

Simak video 'Total 12 Orang, Ini Deretan Pelaku Penembakan Maut di Kelapa Gading':

[Gambas:Video 20detik]



(mei/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads