Nadiem Makarim menegaskan dirinya orang yang terbuka dan siap menerima berbagai kritik dari masyarakat setajam apapun. Tapi dia tak bisa menerima kalau ada yang mengatakan dirinya sebagai Menteri Pendidikan nyaris tak mengerjakan apapun. Sebab faktanya dalam tempo 6-8 bulan sebagai menteri ada sejumlah kebijakan yang dibuatnya untuk memperbaiki iklim pendidikan yang lebih baik di tanah air.
Hanya saja sejumlah kebijakan yang telah dibuatnya itu ibarat revolusi kecil yang tidak ada suaranya, apalagi kemudian keburu muncul pandemi global COVID-19 yang berlangsung entah sampai kapan.
Nadiem antara lain menyebut penghapusan Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu kebijakan revolusioner untuk memperbaiki iklim pendidikan yang lebih kondusif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penghapusan UN itu untuk menghilangkan diskriminasi antara murid kaya dan miskin. Sebab selama ini murid-murid dari keluarga mampu bisa mengikuti bimbingan belajar tambahan demi mengejar nilai yang baik di UN," paparnya dalam program Blak-blakan di detik.com, Rabu (26/8/2020).
Berikutnya, dia membuat kebijakan agar dana BOS (bantuan operasional sekolah) langsung dikirim ke sekolah. Tak mampir dulu ke pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan begitu, para kepala sekolah dapat langsung mengakses dana tersebut dan terhindar dari kebiasaan pinjam sana-sini terlebih dulu karena dana BOS telat cair.
Untuk meringankan beban para guru yang kerap menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuat laporan, dia telah mengubahnya ke format lebih sederhana dan singkat sehingga lebih menghemat waktu. "Sepertinya ini perubahan kecil tapi bagi guru sangat membantu," kata Nadiem.
Dia juga menyokong dan memantapkan pelaksanaan zonasi sekolah yang telah dirintis pendahulunya, Muhadjir Effendy. Selain itu, baru di eranya setahun dari empat tahun masa kuliah dapat dilakukan di luar kampus.
"Semua ini adalah revolusi-revolusi kecil yang tidak ada suaranya, senyap, yang di overshadow oleh pandemi Covid-19," kata Nadiem.
Khusus selama memasuki masa pandemi, Nadiem menegaskan dirinya telah cukup responsif. Dia mencontohkan, sejak April telah mengizinkan penggunaan dana BOS untuk pulsa dan alat TIK para guru dan murid. Dana BOS juga boleh digunakan untuk membayar para guru honorer. Sementara dana BOS afirmatif dan kinerja untuk sekolah-sekolah swasta yang ikut terdampak.
Selain itu, ada kurikulum darurat untuk meringankan beban guru dan menjadi panduan para orang tua murid, khususnya di tingkat sekolah dasar.
(jat/jat)