"Saya atas nama masyarakat dan Pemerintah Kabupaten PulauMorotai menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Presiden RIJokoWidodo, kepada Kementerian Perhubungan khususnya PakMenhub, dan Pak Dirjen Perhubungan Laut, Kementerian BUMN melalui PT. Pelni, Kementerian Perdagangan yang telah menjalankan program dan visi besar Bapak Presiden dalam Nawa Citanya," ujar Benny ketika menjadi narasumber dalam webinar bertema 'Transportasi untuk Merajut Keberagaman', Senin (24/8/2020).
Benny mengatakan dalam usia Indonesia yang telah menginjak 75 tahun kemerdekaan, di 3 tahun terakhir program Tol Laut telah menunjukkan hasil nyata. Ia mengatakan dirinya dan masyarakat Pulau Morotai sudah merasakan arti dari kemerdekaan itu.
"Dalam pelaksanaan ini betul-betul kami merasakan betul semua kebijakan-kebijakan telah berjalan, sehingga dampak yang terjadi melalui proses Tol Laut ini dari tahun ke tahun kurang lebih 3 tahun ini telah melahirkan banyak dampak yang positif," katanya.
Ia juga mengatakan Tol Laut sudah menjadi urat nadi pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui, jika pertumbuhan ekonomi berjalan dengan positif, maka pengangguran dan kemiskinan juga akan turun.
Tol Laut juga telah menjadi konektivitas jembatan barang. Benny mengatakan dulu Morotai barangnya dari Bitung, sekarang mereka langsung dari Surabaya ke Morotai. Sebelum ada Tol Laut, mereka menggunakan kapal kontainer dan turun ke Ternate sampai ke Morotai dengan total biaya Rp 40 juta. Hadirnya Tol Laut menurut Benny secara otomatis menghasilkan penurunan harga barang meski baru sekitar 5-15%.
"Contoh, kalau besi beton dulunya Rp 90 ribu sekarang kurang lebih Rp 75 ribu. Gula, secara partai dulu Rp 14 ribu sekarang Rp 12 ribu, Beras dulu Rp 12 ribu sekarang Rp 11.500, minyak goreng Rp 12.500 turun menjadi Rp 12.000. Kenapa minyak goreng tidak terlalu signifikan karena kita mengambil dari pabriknya yang ada di Bitung. Dalam posisi menurunkan harga barang ini sangat membantu masyarakat secara umum," tutur Benny.
Morotai juga sudah mampu mengirimkan produk-produk lokalnya ke Surabaya, seperti hasil perikanan dan perkebunan. Benny mengatakan sebelum ada Tol Laut, harga ikan tuna Rp 25 ribu/kg dikirim dari Bitung dengan kapasitas terbatas dan investornya belum ada. Namun sejak hadirnya Tol Laut dengan dukungan Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, harga ikan melonjak menjadi Rp 37-38 ribu/kg.
Secara kolektif, Benny menyebut kebijakan Tol Laut ini sangat terasa bagi masyarakat di Pulau Morotai sehingga pengiriman produk-produk yang dari Pulau Morotai ke Surabaya bisa mendapatkan income bagi masyarakat. Benny menambahkan hal tersebut terbukti pada posisinya meskipun pandemi COVID-19, Tol Laut mampu memberikan sumbangsih besar.
Sebelumnya dalam memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan konektivitas antar wilayah Indonesia, salah satu kontribusi yang dihasilkan dari sisi transportasi laut yakni dengan hadirnya program Tol Laut yang dicanangkan oleh masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo pada webinar tersebut mengatakan Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut juga terus berupaya meningkatkan sarana prasarana untuk mendukung peningkatan konektivitas, integrasi, dan pemerataan wilayah baik di Indonesia bagian Timur maupun wilayah 3TP (Terluar, Terpencil, Terdalam, Perbatasan), salah satunya dengan meningkatkan program Tol Laut dari tahun ke Tahun.
Agus juga mengatakan Pulau Morotai merupakan salah satu pulau yang merasakan penurunan disparitas harga dibandingkan dengan sebelum hadirnya program Tol Laut.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto mengatakan pihaknya bersyukur juga karena pasokan logistik di daerah tetap tersedia meski di tengah pandemi COVID-19.
"Salah satu program yang menjadi andalan adalah program Tol Laut. Program Tol Laut tidak bisa dipisahkan dari pelayaran nasional karena sejak awal kami juga terus ikut berkecimpung melayani proyek Tol Laut sehingga sampai saat ini INSA menjadi partner Kemenhub untuk berkoordinasi dalam mensukseskan program ini," ungkapnya.
Selain itu, Pengamat Transportasi Laut sekaligus Pengajar Bisnis Maritim di ITS, Saut Ginting mengatakan usaha-usaha Pemerintah yang sudah selama ini melakukan stimulasi perlu dijalankan terus diperkuat guna menstimulasi potensi-potensi daerah.
"Yang paling penting adalah kemampuan kita untuk tetap berkembang sehingga nama Indonesia tidak hanya di dalam konteks sebagai objek daripada industri maritim global tetapi menjadi pemain karena potensi itu ada dan dulu sudah pernah ada sehingga kemerdekaan Indonesia terus dijalankan melalui penguatan-penguatan di maritim," tutup Saut. (ega/ega)