Penjelasan Satgas soal Uji Klinis 'Obat COVID-19' Unair

Penjelasan Satgas soal Uji Klinis 'Obat COVID-19' Unair

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 18 Agu 2020 16:53 WIB
Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito.
Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta -

Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan obat COVID-19 yang ditemukan Universitas Airlangga (Unair) merupakan bagian dari upaya penemuan obat yang juga dilakukan berbagai pihak lain. Namun, Satgas COVID-19 menekankan transparansi soal uji klinis dan kaji etik.

"Dan tentunya Unair dalam menjalankan testing atau uji klinis dari obat tersebut telah melalui kaji etik yang dilakukan di universitasnya, dan tentunya transparansi publik sangat diperlukan. Untuk itu tentunya Unair dengan dukungan dari BIN dan TNI AD tentu tak keberatan menjelaskan bagaimana kaji etik berlangsung dan uji klinis yang sedang dijalankan," kata jubir Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, dalam konpers yang disiarkan di YouTube Sekretariat Kabinet, Selasa (18/8/2020).

Diketahui, Unair bekerja sama dengan dengan TNI AD dan BIN dalam upaya membuat obat tersebut. Uji klinis harus dilakukan dengan standar tinggi sehingga obat yang dihasilkan aman dan efektif menyembuhkan pasien.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan tentu saja uji klinis harus dijalankan dengan protokol yang benar, sesuai standar internasional agar memberi perlindungan yang baik dalam arti aman, dan efektif dalam arti obatnya efektif menyembuhkan," ujar Wiku.

Dia mengatakan saat ini belum ada izin edar yang diberikan. Wiku menekankan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyatakan saat ini belum ada obat yang efektif menyembuhkan Corona.

ADVERTISEMENT

"Jadi sampai dengan sekarang belum ada izin edar dari obat ini karena masih dalam uji klinis dan nanti tentunya setelah disampaikan dari Unair kepada pemerintah dalam hal ini Badan POM, bisa jadi bahan review untuk selanjutnya masuk ke dalam perizinan edar," ujarnya.

Simak video 'LIPI Umumkan Hasil Uji Klinis Jamur Cordyceps di RS Darurat Covid-19':

[Gambas:Video 20detik]



"Dan tentunya kedua prinsip yang harus dipenuhi yakni aman dan efektif. Sampai sekarang WHO belum menemukan obat yang belum efektif untuk bisa menyembuhkan COVID," imbuh dia.

Sebelumnya diberitakan, Unair tengah mengajukan izin produksi dan edar obat COVID-19 ke BPOM. Kombinasi obat temuan tim gabungan antara Unair, Badan Intelijen Negara (BIN), TNI AD, dan BPOM tersebut diklaim merupakan obat COVID-19 pertama di dunia.

Rektor Universitas Airlangga, Prof Nasih menjelaskan bahwa obat tersebut merupakan kombinasi dari berbagai macam obat. BPOM menganggap obat itu adalah sesuatu yang baru. Obat itu diyakini menjadi obat COVID-19 pertama di dunia.

"Tentu karena ini akan menjadi obat baru, maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia," ujar Prof Nasih dalam rilis yang diterima detikcom dari Humas Unair, Minggu (16/8).

Prof Nasih kembali menyampaikan bahwa rujukan dari obat kombinasi yang ditemukan oleh tim gabungan menjadi obat COVID-19 tersebut merupakan berbagai macam obat tunggal yang telah diberikan kepada pasien Corona di berbagai belahan dunia.

Prof Nasih menyimpulkan ada tiga kombinasi obat yang ditemukan oleh Unair dan telah dilkukan uji klinis. Kombinasi pertama yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci.

Halaman 2 dari 2
(jbr/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads