Bendera Merah Putih Dipotong Dua, Diselamatkan dari Agresi Belanda

Bendera Merah Putih Dipotong Dua, Diselamatkan dari Agresi Belanda

Tim Detikcom - detikNews
Senin, 17 Agu 2020 12:28 WIB
Ribuan bendera Merah Putih dipasang di kawasan objek wisata Poetoek Suko, Trawas, Mojokerto. Pengibaran ribuan bendera itu dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-75
Ribuan Bendera Merah Putih Berkibar di Poetoek Suko Mojokerto (Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta -

Bendera Merah Putih yang berkibar di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 saat proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dijahit Fatmawati Soekarno. Bendera ini dibuat sekitar bulan Oktober 1944 atau kurang lebih 10 bulan sebelum proklamasi.

Kala itu, Fatmawati sedang hamil besar. Dia tengah mengandung anak pertamanya, Guntur Sukarnoputra yang lahir 3 November 1944. Seperti yang dikutip dari Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Volume 1, Fatmawati menyebut kain merah dan putih untuk bendera Merah Putih itu diberikan oleh seorang perwira Jepang.

Setelah proklamasi, situasi Jakarta justru sangat kacau terutama jelang akhir tahun 1945. Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) kembali membuka kantor di Jakarta dibawah kendali HJ van Mook. Penculikan dan upaya pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin Republik yang baru seumur jagung kerap terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situasi Jakarta yang semakin memburuk dan tidak menentu membuat Presiden Soekarno menggelar rapat terbatas pada 1 Januari 1946 malam di kediamannya. Sejarawan dari Yayasan Bung Karno Rushdy Hoesein menyebut rapat tersebut diadakan untuk menyikapi nasib negara setelah Jakarta terancam jatuh ke tangan NICA.

Usulan dari peserta rapat agar pemimpin republik pindah ke daerah lain dan dan mengendalikan negara dari daerah itu. Daerah yang menjadi alternatif adalah Yogyakarta.

ADVERTISEMENT

"Rapat malam itu memutuskan semua pejabat negara harus meninggalkan Jakarta Sebelumnya memang Sri Sultan Hamengkubuwono IX pernah mengirim utusan ke Jakarta. Utusan ini membawa surat untuk Presiden Sukarno yang berisi saran agar ibukota dipindahkan ke Yogyakarta," ujar Rushdy beberapa waktu lalu.

Akhirnya pada 3 Januari 1946, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta pindah ke Yogyakarta menggunakan kereta api yang disiapkan diam-diam. Bersama rombongan kecil ini diboyong pula bendera Merah Putih yang dikibarkan beberapa bulan sebelumnya saat proklamasi.

Bendera Merah Putih ini sempat berkibar pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-2 yang digelar pada 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung, Yogyakarta.

Namun pada akhir 1948, Belanda melancarkan agresi militer ke Yogyakarta dan mengincar pemimpin republik. Presiden Soekarno memanggil ajudannya Husein Mutahar. Mutahar diberi misi penting dan rahasia. Bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati harus diselamatkan, jangan sampai jatuh ke tangan tentara Belanda.

"Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi, untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu, ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang menggantikank sekiranya umurku pendek," ujar Bung Karno pada Mutahar.

"Andai kata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya." Percakapan ini diceritakan Soekarno pada Cindy Adams yang kemudian ditulis dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat".

Seperti yang dikutip dari buku Pedoman Paskibraka yang dikeluarkan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Mutahar akhirnya memotong bendera Merah Putih itu jadi dua bagian, merah dan putih. Caranya dengan mencabut benang jahitan dibantu Perna Dinata. Dua bagian terpisah itu dimasukkan dalam tas berbeda untuk mengecoh dan menghindari penyitaan tentara Belanda.

Sementara Bung Karno dan Bung Hatta ditahan dan diasingkan ke Berastagi dan Bangka, Mutahar juga tertangkap. Mutahar menjalani tahanan kota di Semarang. Kain merah dan putih dalam tasnya tetap aman. Sampai suatu ketika, perwira Angkatan Laut ini berhasil kabur ke Jakarta.

Melalui sepucuk surat, Presiden Soekarno yang dalam pengasingan memerintahkan Mutahar untuk menyerahkan kembali bendera Merah Putih melalui kurir bernama Soedjono. Mutahar kemudian meminjam mesin jahit milik istri seorang dokter.

Kain merah dan putih lalu disatukan kembali persis di lubang jahitan aslinya untuk diserahkan pada Soedjono. Bendera Merah Putih yang dibuat Fatmawati dan diselamatkan Mutahar itu dipakai sampai upacara peringatan HUT proklamasi pada 1967.

(pal/pal)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads