Qurban, berasal dari kata qarraba, bermakna mendekat. Ialah ibadah yang mengupayakan diri semakin dekat kepada Allah. Manusia yang melakukan ibadah qurban, menyembelih hewan qurban di tanggal 10, 11, 12 13 bulan Zulhijjah diharapkan mampu lebih mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Lebih dekat kepada Tuhan sebagian maknanya adalah lebih mampu meneladani akhlaq Tuhan. Akhlaq yang wajar dila¬kukan oleh makhluqNya. Sesuai hukum pasangan, siapa pun yang dilimpahi akhlaq Tuhan dia dijauhkan dari akhlaq buruk. Semakin sempurna akhlaq Tuhan menjelma pada diri seseorang, semakin jauhlah dirinya dari akhlaq yang memperturutkan hawa nafsu sebagaimana hewan. Semakin sempurna akhlaq seseorang semakin bermutu 'aqalnya. Itu bermakna ia semakin cerdas; semakin mampu memilah mana yang haq dan mana yang bathil serta mampu mengaplikasikan kecerdasannya itu di dalam kehidupan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu simbol dari upaya membebaskan nafsu hewani dari manusia ialah melalui menyembelih hewan qurban. Ibadah ini baru sah jika dilakukan setelah melaksanakan ibadah shalat Iedul Adha dan tiga hari sesudahnya, hari-hari tasyrik.
Jauh hari, pada saat populasi manusia mulai ada, ibadah qurban sudah diwajibkan. Boleh jadi karena qurban merupakan salah satu pijakan awal, mengantar manusia untuk segera sadar bahwa akhlaq memperturutkan hawa nafsu, mendekap erat cinta kepada dunia adalah perilaku yang sangat membahayakan.
Perilaku enggan berqurban, termasuk berqurban hanya sekedar asal, bukan ikhlash karena Tuhan bisa membawa keburukan berantai. Muncul keburukan berupa mengelirukan orang lain padahal orang lain tidak bersalah. Membenci orang yang tidak pantas dibenci hanya gara-gara dia lebih baik. Memusuhi saudara sekandung yang bukan karena salah atau karena buruk, bahkan sebaliknya justru karena akhlaqnya lebih mulia. Mendengki orang lain yang justru akhlaqnya lebih sempurna. Bahkan sampai tega membunuhnya hanya karena memperturutkan nafsu hewaniyahnya. Sedangkan yang dibunuh sama sekali tidak melakukan perlawanan, walau itu bisa dilakukannya. Sungguh kekejian yang melumpuhkan akal sehat. Kekejian yang muncul antara lain karena enggan berqurban (QS. 5:27-31)
Al-Quran, di smping memberikan contoh yang wajib dijauhi juga memunculkan teladan yang indah untuk ditiru. Ialah kisah keluarga Ibrahim as. (QS. 37:102-110)
Ibrahim as. ketika diperintah untuk tunduk (berislam) antara lain mengurbankan putra kesayangannya, jawabnya saya tunduk sempurna kepada Tuhan alam semesta. "Idz qaala lahu rabbuhu aslim, qaala aslamtu li rabbil 'aalamiin" (QS. 2:131).
Dalam pada itu, Isma'il as. yang menjadi putra beliau satu-satunya, diharapkan dan dimohonkan kepada Allah bertahun-tahun lamanya. Setelah lahir anak shaleh yang sangat sabar, tunduk patuh berakhlaq sungguh mulia, datang perintah Allah untuk diqurbankan.
Ibrahim as. menyampaikan informasi dari Allah kepada Ismail. Rupanya putra kecil yang baru menginjak belasan tahun ini pun menjawab ringan, senada dengan jawaban sang Ayah kepada Tuhan. Silakan Ayahku (yang sangat aku muliakan dan sangat aku sayangi) laksanankan perintah Allah dengan sempurna. InsyaAllah akan engkau dapati aku termasuk orang yang sabar.
Butuh upaya bathin dan pengelolaan nafsu yang bukan kepalang. Seorang Ayah menunggu kesempatan mendapatkan keturunan sampai berusia mendekati udzur. Setelah mendapatkan apa yang beliau mohonkan, anak yang sangat shaleh menyejukkan pandangan, lalu beliau menerima perintah Allah untuk mengurbankannya.
Kalau sekedar hewan unta, maka itu telah dilakukan Nabiyullah Ibrahim dalam jumlah ratusan sekali berqurban. Kalau sekedar domba, bisa Ibrahim as. lakukan dalam jumlah ribuan. Tetapi ini putra semata wayang? Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah! Itu pun beliau lakukan dengan sempurna.
Demi keikhlasan yang sangat mengagumkan itu, muncul peristiwa mu'jizat yang belum pernah ada dan tidak ada lagi insyaAllah sesudahnya. Isma'il diganti Allah dengan domba yang sangat besar dan bagus. Isma'il selamat. Terbit pujian dari Allah swt. kepada Ibrahim as. Beliau pun disemati kalimat salam sejahtera yang terus sinambung dari Allah swt. sejak saat itu sampai ke depan. Juga sebutan kemuliaan serta shalawat dari seluruh Muslim minimal di setiap melakukan shalat.
Keikhlasannya dalam berqurban menjadi tauladan abadi, kemenangan mengalahkan nafsu hewani membuahkan surga dunia. Ialah kebahagiaan yang tak terputus. Antara lain melalui diberkahkannya dengan tambahan putra kedua bernama Ishaq. Serta sekian keturunan Nabi dan Rasul dari dua putra beliau Ismai'l dan Ishaq as. Subhaanallah kebahagian melimpah yang sulit diukur. Itulah sebagian hasil dari ibadah Qurban yang dilakukan dengan ikhlash.
Mari kita berqurban dengan ikhlash, setidaknya agar kita mampu menumpas berbagai nafsu buruk yang sebagiannya dikisahkan pada kisah Qabil dan Habil. Lalu kita mampu menggapai kesempurnaan diri dan seluruh keluarga dunia-akhirat sebagaimana Rasulullah Ibrahim as. aamiin.
Allaahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidunaa Ibrahim.
Abdurachman
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pembaca. --Terima kasih (Redaksi)--
(erd/erd)