Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh mengajak industri pers dapat memanfaatkan era digital sebagai peluang di masa pandemi COVID-19. Menurut Nuh, hal itu dapat menjadi peluang bagi pers untuk dapat terus berkembang.
"Tidak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan era digital sebagai modal dan peluang untuk terus berkembang," kata Nuh di seminar virtual Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) bertajuk 'Transformasi Digital, Peluang atau Ancaman Bagi Perusahaan Pers?' pada Kamis (23/7/2020).
Nuh mengatakan pergeseran dalam lingkup pekerjaan juga terjadi di masa pandemi COVID-19. Pergeseran itu tampak dalam tiga aspek yaitu aspek pekerjaan, pekerja, dan tempat bekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pekerjaan berubah, tempat bekerja berubah dan pekerja berubah. Tempat pekerjaan itu semula physical proximity dominan. Sekarang nggak dominan lagi. Tetapi di pekerjaanya kalau dulu itu talenta biasa saja nah sekarang talenta menjadi ujungnya. Demikian juga pekerjaannya," ucap Nuh
Menurutnya, apabila ada lembaga pers dapat memetakan hal tersebut serta mengaitkannya dengan kebutuhan masa depan. Maka, menurutnya industri pers itu dapat menjadi penggerak utama di bidangnya.
"Nah kalau petanya ini bisa kita kuasai, yang seperti apa sih yang dibutuhkan di dunia pers. Maka LPDS bisa menjadi penggerak utama ini loh arah dari dunia pers ke depan, para jurnalis itu harus A, B, C, D dan seterusnya, kalau dulu X, Y, Z. Maka dari situ lah saya yakin LPDS ada resources yang luar biasa untuk sama-sama pikirkan ini," ucap Nuh.
Selain itu, Nuh juga mengatakan pandemi COVID-19 dapat dimaknai secara mendalam guna melakukan transformasi digital. Pertama, masyarakat diminta untuk lebih memikirkan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadinya di masa pandemi ini.
"Justru ini tema besarnya adalah kita harus melakukan transformasi bagaimana yang tadinya saya, saya, aku, aku itu menjadi kami, menjadi kita," kata Nuh.
Lebih lanjut Nuh mengatakan saat ingin melakukan transformasi digital juga harus diiringi dengan adanya penguatan secara sosial atau socio cohesiveness. Penguatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan sikap ketersalingan atau mutuality.
"Kalau kita ingin memperkuat socio cohesiveness maka prinsip dasarnya adalah mutuality ketersalingan, yaitu saling memberi, saling menerima dan saling menghargai. Kalau itu enggak, kita nggak akan bisa membangun kekitaan," ucap Nuh.
Pandemi ini, menurut Nuh, juga memaksa masyarakat untuk berubah secara pikiran dan perilaku. Namun, sambungnya, perubahan itu harus tetap sesuai dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia.
"Dari Covid-19 itu kita dipaksa untuk berubah. Terutama mindset kita. Mindset kita harus berubah, kedua metodelogi, ketiga perilaku. Tapi tetap dengan memperhatikan sistem nilai. Sistem nilai ini nggak boleh dibuang," ujar Nuh.
Nuh kemudian mengatakan, pers memiliki peran besar di masa pandemi ini. Peran tersebut tak terlepas dari peran edukasi terhadap publik di masa pandemi COVID-19.
"Oleh karena itu di masa seperti ini pers memiliki peran yang sangat luar biasa di masa seperti ini, pers memiliki tantangan persoalan tersendiri yaitu mengedukasi publik. Insyaallah pers mampu menghantarkan kejayaan indonesia khsususnya nanti 2045," tutur Nuh.
(imk/imk)