Menko Polhukam Mahfud Md bersama Mendagri Tito Karnavian hari ini berkunjung ke Kantor Gubernur Maluku. Kunjungan itu dalam rangka memastikan penanganan COVID-19 hingga kesiapan Pilkada 2020.
Dalam kunjungannya, Mahfud dan Tito didampingi Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono dan Kasum TNI Letjen TNI Joni Supriyanto hingga Wakil Ketua DPD Nono Sampono.
Sementara dari Provinsi Maluku, hadir Gubernur Maluku Murad Ismail, Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Marga Taufiq, Kapolda Maluku Irjen Baharudin Djafar, Ketua DPRD Maluku, dan sejumlah pejabat daerah lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendagri Tito Karnavian menjelaskan, dalam pertemuannya dengan Gubernur Maluku Murad Ismail, ada sejumlah hal yang dibahas. Dari penanganan COVID-19 di Maluku hingga persiapan Pilkada 2020.
"Tujuan utama membahas masalah penanganan COVID-19 dan persiapan Pilkada juga membahas secara umum situasi pembangunan di Maluku," kata Tito di Kantor Gubernur Maluku, Maluku, Kamis (23/7/2020).
Tito pun berharap Pilkada 2020 di Maluku ini akan mengedepankan adu gagasan. Di Maluku, ada empat kabupaten yang akan menyelenggarakan pilkada serentak yaitu kabupaten Maluku Barat Daya, Seram Bagian Timur, Kepulauan Aru, dan Buru Selatan.
"Supaya pilkada ini sehat, adu gagasan, adu konstelasi bukan konflik kekerasan tolong ramai-ramai kita naikkan isunya adalah peran kepala daerah dalam penanganan COVID-19 dan dampak sosial ekonominya," kata Tito.
Menurut Tito, dengan adu gagasan itu, calon kepala daerah akan berlomba-lomba untuk mengatasi permasalahan di Maluku. Termasuk soal COVID-19 hingga masalah konflik daerah.
"Sehingga petahana akan all out yang tadinya maju lagi all out betul-betul sumber daya semua konsep dia betul-betul berpikir untuk menekan angka (terkonfirmasi Corona) daerah masing-masing kalau nggak, nggak terpilih yang non-petahana dia adu gagas apa idenya," kata Tito.
"Nah ini kira-kira sehingga menekan isu-isu primordial yang sering terjadi konflik termasuk di ambon ini, di Maluku mulai masalah kekerabatan, hubungan keluarga, hingga masalah-masalah kesukuan, masalah keagamaan itu sering sekali sensitif ini akan tertekan dengan isu besarnya COVID-19 menyangkut hajat hidup banyak orang," sambungnya.
(mae/mae)