Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah meninjau wilayah terdampak banjir di Kabupaten Wajo. Nudin mengatakan banjir yang terjadi setiap tahunnya di Wajo disebabkan alih fungsi lahan.
"Jadi, banjir tahunan ini selain karena faktor alam, ada juga faktor lain," ujar Nurdin di sela kunjungannya di wilayah terdampak banjir di Wajo, Kamis (23/7/2020).
Nurdin menekankan agar ke depan harus ada wilayah tangkapan air yang dijaga kelestariannya. Dia lalu menyoroti maraknya alih fungsi lahan di wilayan hulu, seperti aktivitas pertambangan dan perambahan hutan. Akibatnya terjadi longsor saat hujan dan menjadi endapan yang membuat sungai menjadi dangkal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alih fungsi lahan juga mungkin sudah harus dihentikan, agar masyarakat tidak kena dampaknya terus tiap tahun," katanya.
Lebih lanjut, Nurdin menyebut Danau Tempe yang berada di Wajo kini sudah tidak mampu lagi menampung debit air yang besar, terutama saat kiriman air dari wilayah hulu sangat tinggi di musim hujan.
"Jadi Danau Tempe ini juga berfungsi sebagai waduk yang sumber airnya berasal dari 5 kabupaten. Namun, hanya memiliki satu pintu keluar, yakni melalui aliran Sungai Walannae yang kemudian bermuara di Kabupaten Bone," jelasnya.
Daerah sepanjang aliran Sungai yang memiliki permukaan daratan yang rendah pun menjadi lokasi titik terparah akibat meluapnya Sungai Walannae.
Salah titik banjir paling parah yang ditinjau Nurdin ialah Kecamatan Tempe. Nurdin beserta rombongan turut memberikan bantuan bagi warga posko pengungsi yang rumahnya terendam banjir.
"Jadi kedatangan kami ini juga untuk menyalurkan bantuan berupa dana Rp 1,4 Miliar sebagai dana tanggap darurat Beserta membawa sejumlah bantuan kebutuhan pokok untuk disalurkan ke para korban banjir," tuturnya.
(nvl/nvl)