Ibda' Binafsika, mulailah dari diri sendiri. Konsep agama Islam, salah satunya untuk merapikan struktur pemerintahan, baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kotamadya sampai tingkat rumah tangga. Manajemen pemerintahan terorganisasi rapi, ada panutan/pemimpin yang mumpuni dalam kebaikan, ialah beliau yang paling taqwa. Beliau yang paling bersegera melakukan setiap kebaikan hanya mengharap ridla Allah swt., mengikuti teladan Rasulullah saw. Bersama seluruh yang dipimpin bergerak maju melalui usaha-usaha yang produktif, terjamin keadilan, berharkat kemanusiaan. Menuju kondisi masyarakat yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo, gambaran suasana adil-makmur; sehat, tentram, selamat, bahagia-sejahtera.
Mulai Dari Diri Sendiri
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah perjanjian Hudaibiyah disepakati, terjadi babak baru di dalam sejarah Islam. Hanya saja perjanjian itu menyisakan sejumlah 'kecewa' di kalangan beberapa orang sahabat, bahkan termasuk Umar ibnu al-Khattab ra.
Saking kecewanya para sahabat belum mengindahkan perintah Rasulullah untuk menyembelih hewan qurban, mencukur rambut. Atau, boleh jadi para sahabat merasa bahwa menyembelih qurban, mencukur rambut seharusnya setelah masuk kota Makkah, padahal perjanjian Hudaibiyah tidak membolehkan mereka masuk kota Suci tahun ini.
Rasulullah murung, masuk ke dalam tenda Ummu Salamah. Lalu, salah saorang Ummul Mu'miniin ini menyambut Rasulullah dengan berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin para sahabatmu mengerjakan perintahmu? Keluarlah, dan jangan berbicara dengan siapapun sebelum engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil pencukur untuk mencukur rambutmu."
Rasul pun melakukan apa yang disarankan salah satu Ibunda orang-orang beriman ini. Demi melihat Rasulullah melakukan penyembelihan hewan qurban, mencukur rambut, para sahabat pun bersegera mengikuti beliau. Mereka menyembelih qurban dan mencukur rambut.
Begitulah konsep sederhana di dalam mengimplementasikan ide. Mengajak seluruh masyarakat, siapa pun yang dipimpin untuk melakukan apa yang diperintahkannya. Pemimpin haruslah orang yang paling berdahulu bisa melakukan apa yang diperintahkan, memberikan contoh terbaik bagi masyarakat yang dipimpin.
Di mana pun, kapan pun, baik di tingkat pusat, daerah atau rumah tangga, pemimpin yang baik pasti menginginkan dirinya dan seluruh yang dipimpinnya menjadi baik, bahkan yang terbaik. Kalau demikian maka, pastilah seorang pemimpin berusaha menjadi yang terdepan di dalam kebaikan.
Dalam Islam, tingkat kebaikan seseorang dilihat dari tingkat taqwanya kepada Allah swt. Tingkat kemampuannya untuk melakukan kebaikan demi Allah semata. Belum mudah untuk menilai tingkat ketaqwaan seseorang bukan? Pasti ada solusi! Bagaimana?
Sepakat ummat Islam yang bersyahadat bahwa Rasulullah saw. adalah satu-satunya manusia terbaik yang Allah ciptakan. Itu menurut Allah swt. sesuai dengan keterangan-keterangan yang bisa dikumpulkan dari sumber al-Quran dan al-Hadits. Kalau demikian siapakah yang lebih taqwa dari calon pemimpin yang ada. Ialah dia yang akhlaknya paling mirip dengan Rasulullah saw.
Taqwa bukan melihat seseorang dari harta, keturunan, relasinya dengan pemegang usaha, atau kedekatannya dengan penguasa. Taqwa melihat seseorang dari kemuliaan akhlaknya. Kesanggupannya menjadi rahmat bagi semesta, sebagaimana Rasulullah saw. Bukan hanya berjiwa rahmat kepada manusia, tetapi Rasulullah juga sebagai rahmat bagi siapa pun yang diperintahkan Allah untuk berdampaknya rahmat.
Rasulullah paling baik; shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya. Beliau cerdas, fisiknya sehat, kuat, terbuka, open minded sebagaimana beliau menerima total usulan salah saorang istri beliau (Ummu Salamah ra.).
Beliau sangat bersih, rapi, bahkan tubuhnya beraroma wangi. Jujurnya sangat terkenal di seluruh jazirah Arab, bahkan semenjak beliau belum diutus menjadi Rasul. Tabligh, menyampaikan apa pun yang diperintahkan Allah kepada ummatnya. Tidak mengurangi, tidak menambah-nambah, apa adanya. Tidak melibatkan sedikit pun hawa nafsunya di dalam menjalankan tugas/fungsi beliau sebagai Rasul.
Rasulullah saw. sangat kasih sayang kepada ummatnya. Perhatian beliau terhadap ummatnya hampir tak terputus, sampai pun beliau menjelang ajal, "ummatiy, ummatiy, ummatiy". Itulah kalimat yang keluar dari lisan beliau menjelang Rasulullah mengakhiri risalahnya demi menghadap Sang Maha Pencipta.
Tidak pernah sekali pun Rasulullah saw. mendahulukan kepentingan beliau atau kepentingan keluarga beliau dalam rangka memimpin. Bahkan beliau selalu mendidik keluarga beliau untuk menjadi yang terdepan di dalam melakukan penghambaan terbaik kepada Allah swt.
Atas obyektivitas di dalam menilai, Michael H. Hart, menempatkan beliau sebagai tokoh no. 1 dunia sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sejarah.
Jadi siapa pun yang berkenan menjadi pemimpin di kalangan kita bangsa Indonesia, baik di pusat, propinsi, kabupaten atau kotamadya, bersiaplah menjadi yang paling serupa akhlaknya dengan Rasulullah saw. Selanjutnya untuk yang akan memilih, pilihlah yang memiliki kriteria paling dekat dengan karakter yang dimiliki Nabiyullah saw., bukan berdasar; uang, kekerabatan, kepartaian, apalagi karena upaya-upaya yang tidak layak disampaikan di sini!
Abdurachman
Guru Besar FK Unair
Past President of Indonesia Anatomists Association (IAA)
President APICA-6
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pengirim. --Terima kasih (Redaksi)
(erd/erd)