Maksiat, merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Perbuatan ini dapat melemahkan dan memutuskan jalan menuju Allah. Perbuatan maksiat sebagian besar masuk melalui 4 pintu:
Pertama, Al Lahazhat atau pandangan pertama. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya."
Kedua, Al Khothorot atau pikiran yang melintas di benak pikiran manusia. Pintu ini merupakan tempat dimulainya aktifitas. Di sini akan lahir keinginan yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat.
Ketiga, Al Lagazhat atau ungkapan kata-kata. Cara menjaga terhadap pintu ini adalah dengan mencegah keluarnya kata-kata yang tidak bermanfaat. Juga kata-kata yang tidak bernilai. Bila ingin berbicara, lihat dulu manfaatnya. Jika tidak ada manfaat maka tahanlah lidah untuk bicara.
Keempat, Al Khuthuwat. Langkah ini bisa dicegah dengan komitmen untuk tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk yang bisa mendatangkan pahala. Karena tergelincirnya seseorang dari perbuatan salah bisa dari tergelincirnya kaki dan lidah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat membagi manusia menjadi dua kategori. Yaitu, manusia awam dan orang-orang khusus yang mendapatkan hakikat keimanan.
Manusia awam yang tidak memiliki hakikat keimanan dan selalu didominasi oleh pandangan mereka terhadap makhluk. Mereka selalu berharap terhadap makhluk berbagai manfaat dan keselamatan dari bahaya, maka mereka riya' dan berpura-pura di hadapan semua makhluk. Mereka tidak suka hal-hal buruk yang ada pada diri mereka diketahui orang lain, karena akan bisa menjatuhkan kedudukannya. Oleh sebab itu, mereka meminta pada Allah agar menutupi aib mereka saat melakukan maksiat. Orang-orang ini adalah yang bersandar pada selain Allah. Tentang mereka, Allah SWT. berfirman," Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka." (QS. An-Nisa' [4]: 108).
Adapun orang-orang khusus yang mendapatkan hakikat keimanan, mereka tidak pernah menoleh, tidak memuji dan tidak pula mencela kepada makhluk. Tidak juga berharap manfaat dan takut terhadap bahaya. Mereka tidak bersandar pada makhluk karena mereka hanya puas dengan pandangan Allah kepada diri mereka.
Orang-orang khusus ini meminta kepada Allah agar menjaga bisikan hati mereka untuk tidak melakukan maksiat. Mereka takut kedudukannya jatuh di mata Allah akibat pelanggaran dan perbuatan mereka yang memicu murka-Nya. Semoga Allah memberikan perlindungan pada kita sebagaimana Allah melindungi orang-orang khusus yang mendapat hakikat keimanan.
Aunur Rofiq
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
Sekjen DPP PPP 2014-2016.
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--
(erd/erd)