KH Miftah Maulana Habiburrahman yang biasa disapa Gus Miftah menyatakan tak habis pikir bila di era reformasi ini muncul sejumlah gesekan antar umat beragama. Sebab dirinya justru selama bertahun-tahun melakoni kehidupan yang guyub dan damai tinggal di Sleman, Yogyakarta.
Di lingkungan Pondok Pesantren Ora Aji yang dikelolanya, kata dia, sekitar 60 persen warganya adalah orang Nasrani dan selebihnya muslim yang berafiliasi ke organisasi keagamaan Muhammadiyah. Gus Miftah pribadi dan sekitar 250 santrinya kerap diidentikan sebagai muslim yang berafiliasi ke Nadlatul Ulama (NU).
"Tapi dalam urusan agama kami tidak pernah saling usil, justru dalam aktifitas sosial kami seling membantu dan menjaga," tutur Gus Miftah dalam tausyiah perayaan satu dekade (10 tahun) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Sentul, Bogor, Kamis (16/7/2020).
Ia mencontohkan, setiap kali dirinya memimpin pengajian yang dihadiri ribuan Jemaah dari berbagai daerah, penyediaan aneka konsumsi justru dilakukan oleh tetangga kanan-kirinya yang mayoritas Kristen. Anak-anak muda mereka pun tanpa dikomando ikut membantu menangani perpakiran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu berjalan spontan begitu saja, tanpa komando, tanpa melihat KTP-nya. Ini wujud pengamalan nilai-nilai Pancasila, bahwa perbedaan tidak untuk mencerai-beraikan tapi justru mempersatukan," ujar Gus Miftah.
Ia mengklaim sudah banyak tokoh nasional yang berkunjung ke "Kampung Pancasila" dan bersilaturahmi dengan dirinya di Pondok Ora Aji. Mereka antara lain Jenderal Badrodin Haiti hingga Jenderal Gatot Nurmantyo saat menjabat Kepala Polri dan Panglima TNI.
Sementara itu dalam sambutannya, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menyampaikan bahwa rasa kebersamaan harus senantiasa dijalin meskipun BNPT terdiri dari beragam personel mulai dari TNI, Polri, Instansi Kepemerintahan, dan Aparatur Sipil Negara (ASN). Dia berharap agar seluruh pegawai BNPT selalu menjaga semangat profesionalisme bekerja untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, terutama dalam menanggulangi dan mencengah terjadinya aksi terorisme di tanah air agar Indonesia menjadi mandiri, adil, makmur dan sejahtera.
"Bangsa Indonesia sedang menunggu hasil kerja kita agar terbebas dari aksi terorisme, tentunya semua kerja keras kita tujuannya untuk mendirikan bangsa Indonesia yang damai, Indonesia yang bebas dari kekerasan, dan bebas dari ekstremisme dalam kehidupan beragama. Karena NKRI adalah negara kebangsaan yang beragam suku, bangsa dan agamanya," jelas Boy Rafli.
(jat/jat)