Setelah D-100, Pertamina Akan Produksi Green Gasoline dan Green Avtur

Setelah D-100, Pertamina Akan Produksi Green Gasoline dan Green Avtur

Abu Ubaidillah - detikNews
Kamis, 16 Jul 2020 22:58 WIB
Pertamina EP
Foto: Pertamina
Jakarta -

PT Pertamina (Persero) siap memproduksi green energy lainnya seperti Green Gasoline dan Green Avtur pada tahun-tahun mendatang dari kilang dalam negeri. Sebelumnya Pertamina sukses memproduksi Green Diesel (D-100) melalui pengolahan minyak sawit 100%.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati di sela-sela kunjungannya ke fasilitas pengolahan RBDPO di Kilang Dumai menjelaskan, Pertamina bertugas dan memiliki peran penting dalam menjalankan amanah dari pemerintah untuk menjaga ketahanan energi nasional, maka dari itu Pertamina terus berupaya berinovasi untuk memberi dampak luas bagi bangsa dan negara.

Langkah ini juga dilakukan sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) yang berasal dari sumber daya alam domestik untuk membangun ketahanan, kemandirian, serta kedaulatan energi nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak agar Pertamina terus mengembangkan green energy seperti B30 dan B50 serta D-100. Pertamina telah menyelesaikan penyiapan kilang dan katalis merah putih, yang nantinya akan dilanjutkan dengan kajian keekonomian," ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Kamis (16/7/2020).

Dalam kunjungan tersebut, Wakil Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Budi Santoso Syarif menyebut selain Green Diesel, Pertamina juga tengah mengembangkan BBN berbahan sawit lain, yakni Green Gasoline dan Green Avtur.

ADVERTISEMENT

"Untuk Green Gasoline, Pertamina sudah melakukan uji coba sejak 2018, 2019 dan 2020 di Kilang Plaju dan Cilacap. Namun uji coba tersebut baru mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20%. Sedangkan ujicoba mengolah minyak sawit menjadi Green Avtur akan dilakukan di akhir tahun 2020 juga di Kilang Cilacap," ungkapnya.

Budi mengatakan meskipun ujicoba Green Gasoline yang dilakukan baru mampu mengolah 20% minyak sawit, namun hal ini merupakan yang pertama di dunia mengingat mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.

"Mengolah minyak sawit menjadi green diesel sudah dilakukan juga oleh beberapa perusahaan lain di dunia, namun mengolah minyak sawit menjadi green gasoline belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama karena selama ini hal tersebut masih sebatas skala laboratorium untuk riset," paparnya.

Pertamina juga akan membangun Standalone Biorefinery di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari dan Standalone Biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Standalone Biorefinery ini kelak akan mampu memproduksi Green Diesel dan Green Avtur berbahan baku 100% minyak nabati.

Menurut Budi, tantangan yang dimiliki Pertamina tak hanya mengembangkan Green Energy dari CPO atau sawit saja, melainkan juga ada sumber daya lain seperti algae, gandum, sorgum, dan sebagainya. Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik guna mendukung kemandirian dari kedaulatan energi nasional.

Budi melanjutkan, Pertamina terus berusaha mengoptimalkan sumber daya yang ada di Indonesia dengan mengoptimalkan market dalam negeri. Mengolah kelapa sawit menjadi bahan bakar memiliki TKDN (Total Kandungan Dalam Negeri) yang sangat tinggi dan berpotensi mengurangi defisit transaksi negara karena sawit adalah bahan baku domestik yang transaksinya menggunakan mata uang rupiah sehingga akan berdampak positif pada pertumbuhan perekonomian nasional.

Pertamina telah menggunakan FAME untuk program biodiesel sejak tahun 2006-2017. Penyerapan FAME telah mencapai 9,2 juta KL. Di tahun 2018, Pertamina menjalankan program B20 di mana penyerapan FAME mencapai 3,2 juta KL yang pencampurannya dilakukan di 69 lokasi. Sementara di tahun 2019, Pertamina melakukan program B20 dengan penyerapan FAME mencapai 5,5 juta KL dan ditargetkan pada 2020 penyerapannya mencapai 8,38 juta KL.

Penerapan program B20 dan B30 sebelumnya telah menghemat devisa negara sebesar Rp 43,8 triliun. Pada tahun 2020, Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp 63,4 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang.

"Seiring berjalannya waktu terdapat trend shifting pada penggunaan bahan bakar, yaitu semula bahan bakar fosil perlahan bergeser ke bahan bakar terbarukan. Pola pemenuhan energi nasional pun mengalami perubahan dari sebelumnya mengandalkan foreign supply menjadi domestik supply. Untuk itu kita harus terus berupaya memaksimalkan dalam hal pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya lokal yang kita miliki," pungkas Budi.

(prf/ega)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads