Mengalah Demi Allah Sebagai Esensi Qurban

Kolom Hikmah

Mengalah Demi Allah Sebagai Esensi Qurban

Abdurachman - detikNews
Jumat, 17 Jul 2020 07:37 WIB
Abdurachman, guru besar UNair
Foto: Dokumen pribadi
Jakarta -

Perseteruan bisa terjadi oleh sebab apa pun, di antaranya demi; popularitas, keengganan menerima kelebihan orang lain, ingin memunculkan kehebatan diri. Intinya demi ke-aku-an yang muncul dengan berbagai ragamnya.

Perseteruan timbul karena rasa iri yang membuncah melahirkan kekurangsukaan. Rasa iri timbul akibat cinta berlebihan kepada dunia. Baik berupa cinta kepada kelebihan; fisik, harta, pangkat, jabatan, atau popularitas dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasa cinta demikian hanya bisa diatasi melalui cinta tulus kepada Allah swt. Apakah cinta kepada selain Allah swt. dilarang? Tidak, tetapi cinta kepada selain Allah itu ditujukan dalam rangka menampakkan cinta kepada Allah. Misalnya cinta kepada; kedua orang tua karena Allah, suami/istri, anak-anak, semuanya hanya karena Allah swt.

ADVERTISEMENT

Allah swt. memberikan contoh secara jelas tentang kisah dua putra Adam as. dalam QS. 5:27-31. Mereka berdua diminta berqurban. Salah satunya Habil, mengurbankan kambing pilihan, gemuk dan sangat disenanginya. Sedangkan saudaranya Qabil, berqurban melalui hasil pertanian yang kurang diminatinya.

Qurban Habil diterima. Api datang dari langit melalap qurban Habil, tanpa meninggalkan bekas. Sedangkan qurban Qabil tetap tidak dilalap api, masih utuh, tanda tidak diterima.

Timbul rasa iri dari Qabil kepada Habil. Timbul perseteruan dari Qabil kepada saudaranya itu. Saudara satu Ayah dan satu Ibu.

Perseteruan bisa menimbulkan bencana luar biasa. Qabil mengancam akan membunuh Habil. Habil tidak mau melayani ancaman itu. Habil mengalah!

Akhirnya puncak perseteruan menimbulkan hilangnya jiwa manusia. Qabil benar-benar membunuh Habil. Habil menjadi korban manusia pertama yang meninggal dunia.

Akibat yang timbul dari perseteruan yang terjadi antara individu secara mandiri, pasti berbeda dengan perseteruan antara individu yang memegang pengaruh. Terlebih para pemegang pengaruh besar di masyarakat. Walau sejatinya, betapa pun yang namanya perseteruan, kecil atau besar, keduanya tetap tercela. Tidak boleh dilakukan.

Perseteruan dua kelompok besar bisa berakibat fatal, menimbulkan lebih banyak korban jiwa. Korban berbeda dengan qurban. Korban bermakna kerugian, kecelakaan, kesengsaraan. Sedangkan qurban bermakna mendekatkan diri kepada Tuhan.

Semakin besar seseorang yang saling berseteru memiliki pengaruh (baca kekuasaan) semakin banyak jumlah korban melayang sia-sia. Ini bisa terjadi di dalam sebuah pertempuran perang satu melawan yang lain. Bisa juga terjadi ketika dua orang yang saling berpengaruh, satu dan yang lain berusaha melakukan solusi atas masalah yang sama, misalnya solusi atasi pandemi Covid-19 di dalam wilayah yang saling bertumpang-tindih.

Korban berjatuhan akibat pandemi Covid-19 di salah satu provinsi di Indonesia disinyalir antara lain dikarenakan adanya perseteruan dari dua kubu pimpinan daerah. Pimpinan provinsi dan pimpinan Kotamadya. Keduanya membawa sikapnya masing-masing. Tidak perduli siapa yang lebih benar, tetapi jika meneladani akhlaq Habil, pastilah salah satu menerima kondisi 'mengalah' demi terciptanya kedamaian. Baik kedamaian di dunia akibat selesainya Covid-19 bahkan kedamaian di akhirat berupa kehidupan di dalam surga Allah.

Kehidupan damai di dalam surga Allah diindikasikan oleh kehidupan tentram di dunia. Al-Quran memaparkan syarat ini dengan jelas, "Yaa ayyatuha an-nafsul muthma'innah irji'ii ilaa rabbiki raadliyatan mardliyah, fadkhuliy fii 'ibaadiy wadkhliy jannatiy", Wahai para jiwa yang tentram/damai, kembalilah kepada Tuhanmu dalam kondisi ridlo dan diridloi. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu" (QS. 89:27-30).

Mereka yang dipanggil dengan sebutan hamba-hamba yang muthmainnah adalah mereka yang berkehidupan tentram. Kehidupan demikian antara lain ditunjukkan dengan kehidupan damai. Damai dalam hati yang memunculkan kedamaian dalam kehidupan nyata. Saling bersaudara, saling mengalah demi Allah swt. Saling berpadu, saling berkasih sayang, saling bekerjasama dalam rahmat Tuhan.

Selamat menyambut Iedul Qurban kepada siapa pun kita. Selamat berjuang menciptakan kedamaian di dalam diri dan di dalam kehidupan sehari-hari. Buktikan ibadah qurban kita dilakukan dengan sempurna sehingga memunculkan berakhirnya segala bentuk peseteruan. Semoga Allah swt. menerima ibadah qurban dari masing-masing kita. Tanda diterimanya qurban antara lain terbukti dengan berakhirnya segala bentuk perseteruan, melimpahnya kedamaian dan meredanya pandemi Covid-19, aamiin!

Abdurachman

Guru Besar FK Unair
Past President of Indonesia Anatomists Association (IAA)
Past President APICA-6
Executive Board Member of APICA

*Artikel ini adalah kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pengirim. --Terimakasih (Redaksi)

(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads