Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Letjen Doni Monardo mengungkapkan saat ini laboratorium untuk memeriksa spesimen Corona ada 246. Namun, Doni mengaku jumlah itu masih kurang.
"Baru pertengahan April, setelah kami melapor ke Presiden karena jumlah laboratorium terbatas, akhirnya kita bisa bertambah sampai jumlah ke 47 laboratorium, dan sekarang jumlah lab kita sudah mencapai 246," ujar Doni saat rapat bersama Komisi VIII DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/7/2020).
Doni mengatakan, meski jumlah laboratorium sudah lebih dari 200, masih sulit memenuhi kebutuhan pemeriksaan di daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan ini tidak mungkin bisa juga memenuhi kebutuhan yang ada di daerah, karena masih sangat kurang dengan tuntutan atau kebutuhan, di mana kita wajib untuk melakukan pemeriksaan. Sehingga kebutuhan mesin PCR harus tetap kita lanjutkan dengan teknologi yang tentunya harus lebih baik dan harga yang relatif lebih murah," jelasnya.
Terkait rapid test, Doni mengatakan saat ini pemerintah juga sudah memperbarui aturan biaya rapid test. Doni mengatakan Kementerian Kesehatan membatasi biaya rapid test maksimal Rp 150 ribu.
Tak hanya itu, saat ini Indonesia juga sudah memiliki alat rapid test produksi BPPT dan Bio Farma. Ini diharapkan bisa lebih menekan harga rapid test.
"Juga dari BPPT dan Bio Farma telah produksi rapid test dengan harga pasar Rp 75 ribu per unit, mudah-mudahan akan membantu nantiya," pungkasnya.