Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Gilbert Simanjuntak mengatakan effective reproduction number (Rt) penularan virus Corona (COVID-19) di Jakarta sudah berada di angka 0,98-0,99. Meski begitu, ia menyoroti kasus Corona di Jakarta yang terus bertambah meski angka penularan sudah berada di bawah 1.
"Lalu, kenapa masih bertambah kasusnya? Itu adalah kelompok masyarakat bawah, yang luput dari perhatian," ujar Gilbert dalam keterangan tertulis, Selasa (7/7/2020).
Menurutnya, kelompok masyarakat bawah sejak awal adanya pandemi COVID-19 tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan. Gilbert mengatakan masyarakat bawah itu lebih memikirkan bagaimana hidup, bukan kualitas hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal masyarakat inilah yang sejak awal kurang disiplin menggunakan masker dan kurang tertib mengikuti protokol. Mereka kurang menyadari penularan, karena lebih mengutamakan bagaimana hidup, bukan kualitas hidup (sehat). Angka kematian di kelompok ini (sekitar 5%) tidak berbeda dengan angka kematian secara nasional. Artinya kekebalan dan daya tahan mereka tidak terbukti lebih baik," ucapnya.
Gilbert meminta Pemprov DKI berupaya lebih dalam menekankan kepatuhan penerapan protokol kesehatan kepada warga. Pemprov, menurutnya, harus lebih tegas untuk meminta masyarakat patuh dalam penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun, atau hand sanitizer.
"Apa yang harus dilakukan? Sangat jelas, pemeriksaan laboratorium tidak ada artinya untuk pencegahan. Kepatuhan terhadap protokol yang dapat mencegah penularan. Menutup pasar hanya efektif sesaat, karena setelah itu masyarakat di pasar kembali lagi ke kebiasaan semula. Mendidik masyarakat di kelompok bawah haruslah menjadi fokus pencegahan, dan itu membutuhkan jangka waktu lama (persistensi) untuk mengubah kebiasaan mereka," sebut Gilbert.
Dia menyarankan petugas semakin gencar dalam memberikan sosialisasi mengenai pentingnya penerapan protokol kesehatan. Selain itu, kata Gilbert, ketegasan memberikan sanksi bagi masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan juga harus terus dilakukan, termasuk kepada para lurah yang tidak berhasil mengatasi menekan kasus Corona di wilayahnya.
"Menurunkan petugas lokal seperti lurah, camat, dan wali kota akan sangat membantu, dan diharapkan tidak kendor hingga akhir tahun atau tepatnya sebelum vaksin ada. Ketegasan untuk memberi sanksi kepada kepala daerah setempat (lurah dan seterusnya) akan membuat mereka bekerja sungguh-sungguh," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan naiknya angka terkonfirmasi Corona di Jakarta bukan semata-mata karena wabahnya meningkat. Namun karena orang yang positif kini lebih banyak bisa terdeteksi.
"Kami melihat kalau angka naik itu bukan semata-mata wabahnya meningkat, berarti kita berhasil menemukan orang-orang yang positif. Kenapa? Karena kami semua tahu, wabahnya masih ada di dunia," ujar Anies dalam acara Wisata Vs Corona di Dufan, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (13/6).
Anies menerangkan Pemprov DKI Jakarta telah menambah jumlah pengetesan, sehingga diharapkan mampu mendeteksi orang-orang yang positif COVID-19. Ditingkatkannya kapasitas tes, kata Anies, dapat mencegah semakin masifnya penularan.
"Jadi jangan sampai malah begini, kurangi tesnya supaya angkanya kecil, itu nggak boleh, bahaya sekali. Kurvanya akan turun tapi tesnya kita kurangi, jangan. Tes kita itu sekarang malah digenjot, ditambah, dan orang-orang pikir, 'Pak, kan jadi angkanya naik', tapi yang ketahuannya bertambah. Kami berkepentingan melindungi setiap warga negara Indonesia," katanya.
Anies mengatakan potensi penularan COVID-19 atau R0 di Jakarta angkanya sudah di bawah 1, yakni sebesar 0,9. Meski demikian, Anies mengakui saat ini angka potensi penularan itu masih terus naik dan turun.
"Di Jakarta, karena jumlah tesnya tinggi, jumlah confidence interval-nya tinggi. Dengan begitu, ketika kita menyatakan 0,9, itu akurat," katanya.
(elz/ear)