Berdasarkan Tafsir Kemarahan Jokowi, Beginikah Kriteria Menteri Baru Nanti?

Berdasarkan Tafsir Kemarahan Jokowi, Beginikah Kriteria Menteri Baru Nanti?

Danu Damarjati - detikNews
Minggu, 05 Jul 2020 12:44 WIB
jokowi marah
Foto ilustrasi Presiden Jokowi sebelum era pandemi COVID-19 (Biro Pers Kepresidenan/detikcom)
Jakarta -

Isu reshuffle kabinet terus menggelinding usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) marah ke menteri-menterinya. Kata-kata Jokowi saat marah itu bisa menjadi dasar kriteria menteri baru yang diinginkan pemimpin pemerintahan.

Pendiri Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio, menafsirkan kata-kata Jokowi pada momen 18 Juni itu. Tentu saja menteri baru nanti harus punya kesetiaan dengan Jokowi.

"Kriteria pertama, tentu menteri baru nantinya harus loyal ke Jokowi," kata Hensat, sapaan Hendri, dalam keterangannya kepada detikcom, Minggu (5/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, Hensat menganalisis kata-kata Jokowi dalam pidatonya kala itu. Jokowi menuntut para menteri punya sense of crisis. Maka kriteria menteri yang baru nantinya haruslah sesuai dengan tuntutan Jokowi ini.

ADVERTISEMENT

"Kriteria kedua, menteri baru nantinya pernah bekerja dalam suasana krisis," kata Hensat.

Indonesia pernah, bahkan cukup sering, mengalami bencana alam dan bencana non-alam. Ada sejumlah sosok yang pernah menangani situasi di saat suasana bencana semacam itu. Orang yang pernah bekerja dalam suasana genting bakal paham akan situasi pandemi COVID-19.

"Kata Pak Jokowi, Indonesia butuh orang-orang yang terbiasa bekerja cepat, extraordinary, tidak biasa-biasa saja. Maka harus ada terobosan yang dilakukan. Presiden Jokowi adalah presiden yang suka dengan terobosan," kata Jokowi.

Tonton video 'Celoteh Oposisi-Koalisi Soal Reshuflle Kabinet Jokowi':

Jokowi dinilainya sebagai pemimpin yang suka dengan hasil kerja yang nampak di mata. Hasil kerja seperti itu bisa dibanggakan di depan publik.

"Kriteria ketiga, kalaupun harus orang baru maka orang baru itu haruslah pernah punya pengalaman bekerja sesuai bidangnya. Pak Jokowi kali ini tidak perlu coba-coba," kata Hensat.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina ini menilai Jokowi pernah memberi kesempatan orang-orang yang berjasa dalam kiprah politiknya. Itu karena Jokowi adalah tipikal 'orang baik banget'. Namun kini, situasi wabah virus Corona mengharuskan orang-orang yang berpengalaman untuk bekerja.

Jokowi mengungkapkan rasa jengkelnya ke para menteri pada 18 Juni lalu, videonya diunggah kanal YouTube Sekretariat Presiden pada 28 Juni. Jokowi meminta semua menteri punya perasaan yang sama bahwa Indonesia sedang krisis dan jangan dianggap normal.

"Sekali lagi, langkah-langkah extraordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkan kepemerintahan. Akan saya buka. Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara," kata Jokowi saat itu.

Kemudian, dia mengungkapkan wacana reshuffle yang sudah ada di dalam pikirannya.

"Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan. Karena memang suasana ini harus ada, suasana ini tidak, Bapak-Ibu tidak merasakan itu sudah," kata Jokowi.

Halaman 2 dari 2
(dnu/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads