Instabilitas politik dalam negeri yang berkepanjangan dan pandemi COVID-19 membuat perekonomian Lebanon babak belur. Saat ini, kata Duta Besar RI di Lebanon Hajriyanto Y Thohari, nilai mata uang terhadap dolar terus merosot, harga barang dan kebutuhan pokok melambung. Di sisi lain, angka pengangguran tinggi, pertumbuhan lambat, dan beban utang mencapai USD 86,2 miliar pada kuartal pertama 2019.
"Resminya 1 dolar AS dipatok 1.500 Lira tapi di pasaran beberapa hari lalu sempat tembus hingga 7 ribu," kata Hajriyanto kepada tim Blak-blakan detik.com, Rabu (1/7/2020). Jauh sebelum itu, dia melanjutkan, masyarakat dibatasi mengambil uang di bank cuma 200 dolar per minggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roda pemerintahan baru di bawah Perdana Menteri Hassan Diab yang menggantikan Saad Hariri sejak Desember 2019 nyaris tak bisa bekerja. Selain memasuki musim dingin, pada Februari juga mulai terjadi pandemi COVID 19. Sejak itu aktivitas perekonomian nyaris terhenti. Pusat bisnis, perkantoran, dan sekolah-sekolah semua diliburkan.
Ketika cuaca mulai menghangat dalam beberapa pekan terakhir, unjuk rasa kembali terjadi. Sejak Oktober 2019, negara berpenduduk 6 juta jiwa itu menghadapi gelombang unjuk rasa di sejumlah kota besar akibat kenaikan biaya pengiriman whatsapp.
Di tengah kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, bantuan makanan dan obat-obatan dari lembaga-lembaga internasional tidak bisa masuk secara optimal. Sebab sekte-sekte kekuatan politik internal Lebanon punya afiliasi masing-masing dengan kekuatan global dan regional.
Baca juga: Militer Libanon desak politisi untuk tenang |
Sebelum Hariri mundur pada akhir Oktober, sejumlah lembaga donor dan lembaga internasional sudah komit untuk memberikan bantuan. "Begitu terjadi pergantian dan konstelasi politik otomatis berubah, semua komitmen sepertinya sementara masih tertunda," kata Hajriyanto.
Sebagai negara sahabat, Dubes Hajriyanto mendoakan dan berharap situasi akan segera kembali normal dan membaik. "Saya yakin pemerintah Lebanon akan dapat mengatasi persoalan yang dihadapi," ujarnya.
Seberapa strategis posisi Lebanon di dunia Arab dan kaitannya dengan Indonesia? Kenapa masyarakat Indonesia seperti lebih menganakemaskan Palestina ketimbang Lebanon? Simak paparan lebih lanjut Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari di program Blak-blakan, "Ekonomi Lebanon di Titik Nadir" di detik.com, Jumat (3/7/2020).
(jat/jat)