Ombudsman mengaku menerima aduan dari masyarakat hingga anggota DPR terkait surat izin keluar masuk (SIKM) DKI Jakarta yang lamban terbit. Ombudsman juga menerima aduan perihal biaya rapid test yang mahal.
"Jadi untuk SIKM di Jakarta saat ini banyak keluhan ke tim saya. Bukan hanya pada warga biasa, bahkan untuk sekelas eselon I pemerintah, anggota DPR RI yang melakukan perjalanan bukan dalam rangka dinas. Kalau anggota DPR masih bisa. Tapi dia kan ngajak istri, anak, asisten, itu kesulitan mendapatkan SIKM, menelepon tidak bisa. Sampai sekelas mereka kesulitan," kata anggota Ombudsman Alvin Lie dalam konferensi pers di kantornya, yang disiarkan di YouTube Ombudsman, Rabu (1/7/2020).
Alvin mengatakan pelayanan SIKM yang lamban menimbulkan ketidakpastian bagi pihak yang mau melakukan perjalanan ke luar kota. Ia juga memberikan contoh kasusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa kasus, SIKM baru terbit pagi hari saat jadwal keberangkatan. Nah, orang-orang ini kan nggak mungkin," ujarnya.
Di samping itu, sebut Alvin, pihaknya menerima laporan mengenai adanya oknum yang menawarkan jasa agar SIKM cepat terbit. Ia meminta agar Pemprov DKI menindaklanjuti laporan tersebut.
"Yang mengkhawatirkan, ada pihak-pihak yang menawarkan jasa, 'Pak, lewat kami saja, dijamin keluar'. Ini tolong dicermati. Kalau ini sudah jadi lahan komersial, rusak sistem SIKM ini," ungkap Alvin.
Baca juga: Menhub Usul SIKM DKI Dicabut |
Selain itu, Alvin menerima keluhan dari calon penumpang transportasi umum, seperti kereta api, pesawat, dan kapal, yang disyaratkan membawa hasil rapid test atau swab test. Dia menyebut banyak pihak yang mengeluh biaya tiket kereta api lebih murah dibanding biaya rapid test atau swab test.
Tak hanya itu, Alvin juga mempertanyakan syarat melakukan rapid test sebelum bisa bepergian. Sebab, sebut dia, rapid test bukan sebagai dasar untuk menyatakan calon penumpang positif atau negatif Corona.
"Nah, biayanya sering dinilai lebih mahal daripada tiket kereta. Apakah rapid test ini masih diperlukan? Ini yang kami pertanyakan. Karena, kalau kita pengin mengetahui seseorang itu terinfeksi atau tidak, kan ada diperiksa suhu, kemudian gejala, dan sebagainya," ujarnya.