Sejumlah limbah medis ditemukan di tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Limbah medis tersebut mulai dari masker hingga sarung tangan.
Pantauan detikcom, tampak limbah-limbah medis itu berada di sekitar gunung-gunung sampah di TPA Sumur Batu, Bantargebang, Kota Bekasi. Limbah medis itu sudah berada di puluhan karung yang berjejer di tepi jalan.
Tinggi karung mencapai 1 meter. Ketika isi karung dibuka, tampak bungkus masker, sarung tangan, pembungkus kepala, hingga berbagai jenis obat-obatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tercium bau busuk di sekitar lokasi. Lalat hilir mudik ke sana-kemari.
![]() |
Salah satu petugas TPA Sumur Batu, Giok, menuturkan ia sering melihat dump truck yang mengangkut dan membuang limbah medis di tumpukan sampah. Truk tersebut datang pada malam atau pagi hari satu kali dalam seminggu.
"Masker ada, tisu-tisu ada, semalam ada (truk yang buang limbah medis), cuma setruk aja dari RS umum," kata Giok ketika ditemui di TPA Sumur Batu, Selasa (30/6/2020).
Setelah truk datang, beberapa petugas TPA Sumur Batu akan memilah limbah, salah satunya limbah medis. Limbah medis yang sudah dipisah akan dikumpulkan ke pabrik untuk didaur ulang.
Giok tak mengetahui pasti apakah limbah medis yang dibuang itu ialah bekas penanganan COVID-19 atau bukan. Namun, ia dan teman-temannya hanya merasakan gejala sakit biasa.
"Sakitnya kayak tangan nggak berasa gitu. Iya itu mah batuk-pilek gitu 2-3 hari sembuh, biasanya kepala sama tangan aja (sakitnya)," tutur Giok.
![]() |
Sampah Medis Bekas COVID-19
Koalisi Persampahan Nasional (KPNas) menemukan sejumlah sampah medis di tempat pembuangan sampah di Kota Bekasi, salah satunya TPA Sumur Batu. KPNas menemukan masker, sarung tangan medis, hingga tisu.
Tonton video 'Duh, Ada yang Buang Sembarangan APD Bekas di TPU':
"Limbah medis tersebut sudah dicampur dengan plastik, kertas, karung, busa, ranting dan daun, kayu, dan lain-lain. Fakta faktual itu diduga kuat limbah medis tersebut berasal dari rumah sakit, klinik kesehatan maupun puskesmas," ujar Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas), Bagong Sutoyo, dalam keterangannya, Selasa (30/6).
Hasil temuan itu, sebut Bagong, sebagai sampah medis bekas penanganan COVID-19. Hal ini diduga sudah dibuang sejak dulu.
"Berdasarkan observasi dan investigasi, 1-23 Juni 2020, masih ditemukan sampah medis dan sampah bekas penanganan COVID-19," tutur Bagong.
"(Pembuangan limbah medis) karena tidak adanya pemilahan sampah dari tingkat sumber, termasuk kategorial limbah beracun dan berbahaya (B3). Juga tidak ada penampungan khusus limbah medis dan sampah bekas penanganan COVID-19," kata Bagong.
![]() |
Limbah medis ini, kata Bagong, ditangani oleh pihak ketiga. Artinya, limbah medis itu akan disortir dan dikumpulkan lalu didaur ulang kembali.
"Kondisi tersebut merupakan gambaran karut marut pengelolaan sampah dan limbah medis, limbah B3 di daerah-daerah," sebut Bagong.
Menurutnya, limbah medis, terutama bekas penanganan penyakit menular, perlu segera dimusnahkan. Limbah medis perlu dibakar di insinerator dengan minimal suhu 800ΒΊ C.
"Atau (dimusnahkan dengan) autoclave yang dilengkapi dengan pencacah dan residu hasil pembakaran atau cacahan hasil autoclave dikemas dan dilekati simbol beracun," tuturnya.
Setelah itu, limbah medis diserahkan ke pengelola B3.