Pakar FKM UI: Berada di Mobil Ber-AC Belum Tentu Aman dari Polusi Udara

Pakar FKM UI: Berada di Mobil Ber-AC Belum Tentu Aman dari Polusi Udara

Rahel Narda Chaterine - detikNews
Sabtu, 27 Jun 2020 17:04 WIB
Sepekan terakhir permasalahan kualitas udara di Ibu Kota menjadi sorotan karena berdasarkan data AirVisual Jakarta beberapa kali menduduki indeks kualitas udara terburuk dunia. Kita susuri yuk, apa saja penyebabnya?
Ilustrasi (Rachman Haryanto/detikcom)
Jakarta -

Guru besar ilmu kesehatan lingkungan FKM UI Budi Haryanto mengungkapkan berada di dalam mobil saat di jalan raya ternyata tidak terlepas dari polusi udara. Sebab, partikel halus atau particulate matter (PM) 2,5 masih dapat terhirup oleh orang yang berada di dalam mobil meskipun terdapat air conditioner (AC).

"Di dalam mobil kita tidak aman juga. Kita lihat yang terhirup ini PM 2,5 di dalam mobil ber-AC selama sekian jam. Selama sekian jam kita di jalanan itu menghirup 6-8 kali lipat dari batas normal PM 2,5 yang boleh dihirup. Demikian juga di kantornya (kadar polusi) rendah. Ketika pulang selama beberapa jam juga tinggi (kadar polusinya)," kata Budi dalam diskusi virtual yang diadakan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang bertajuk 'Dampak Sosial Ekonomi Polusi Udara di Jakarta', Sabtu (27/6/2020).

Budi mengatakan polusi udara bergantung pada kondisi lingkungan di sekitarnya. Meskipun saat berada di dalam mobil pengguna cenderung tidak menyadari adanya polusi, namun udara yang dihirup tidak akan terlalu berbeda dengan udara di lingkungan sekitarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi jangan anggap kalau kita ada di dalam mobil itu udara yang kita hirup adalah udara yang bersih, tergantung dari lingkungan di sekitar kita. Ketika di kantor (polusi) rendah, Ketika pulang di jalanan (polusi) tinggi lagi," tutur Budi.

Selain itu, Budi mengungkapkan sebanyak 57,8 persen penyakit yang ada di masyarakat Jakarta berkaitan dengan kadar polusi udara. Menurutnya, polusi udara sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Kita lihat apa yang kita lakukan di Jakarta, kita gunakan medical record ya dari rumah sakit, bahwa 57,8 persen penyakit yang ada di Jakarta terkait dengan polusi udara. Polusi udara mengakibatkan 57,8 persen penyakit. Dan ini confirmed dengan penelitian sebelumnya yang melakukan hal yang sama," ujar Budi.

Budi menjelaskan polusi udara cenderung akan menimbulkan berbagai penyakit yang tidak menular. Misalnya seperti penyakit paru, penyakit pernapasan, hingga penyakit kanker.

"Kita lihat bahwa kanker, penyakit jantung, penyakit napas, terhambatnya pertumbuhan fisik tubuh, kemudian gangguan sistem saraf, itu adalah gangguan sumbangsih dari polusi udara. Yang disebut di sana penyebabnya adalah polusi udara dan penyakit-penyakit ini adalah penyakit tidak menular," ucap Budi.

Budi pun memaparkan hasil penelitiannya yang dilakukan di daerah Tangerang dan Makassar. Menurutnya sekitar 21 persen orang di Tangerang dan 24 persen orang di Makassar memiliki fungsi paru-paru yang tidak normal akibat polusi udara.

"Contohnya di Tangerang dan Makassar itu Asma itu diderita oleh 1,3 persen, tapi kemudian kita temukan juga di sana PM 2,5 itu berakibat pada tidak normalnya fungsi paru. Tidak normalnya fungsi paru ini diderita oleh 21 persen orang di Tangerang dan 24 persen orang di Makassar," ungkap Budi.

(rfs/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads