Konflik pribadi antara John Refra alias John Kei dengan Agrapinus Rumatora alias Nus Kei memunculkan penyerangan brutal yang menewaskan satu orang. Konflik itu sendiri dipicu permasalahan pembagian uang hasil penjualan sebidang tanah di Ambon.
Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (23/6/2020), Nus Kei mengklaim permasalahan itu sudah selesai. Ia mengaku tanggung jawabnya dalam mengurus tanah tersebut sudah selesai.
"Benar itu, apa yang disampaikan pak Kapolda itu benar, tapi itu sudah clear, sudah selesai. Kalau sampai tingkat pembagian itu belum, tetapi kalau urusan yang di Ambon itu terkait rumah sakit, tanah itu sudah selesai, clear itu. Tanggung jawab saya di situ sudah selesai," kata Nus Kei.
Menurut Nus Kei, tanah dimaksud adalah milik Yohanes Tisera alias Buke yang dipanggilnya 'Om'. Saat itu Fransiskus Refra alias Tito Kei, adik John Kei ikut membantu menangani masalah sengketa tanah itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus karena meninggal, yang punya tanah itu namanya Om Buke (Yohanes Tisera) hubungi saya, ya udah saya undang ke Jakarta, ketemu. Kami pertemuan, kemudian disepakati ya sudah saya jalani. Tapi saya lapor ke John Kei waktu masih di (Lapas) Salemba. Jadi sebenarnya masalahnya sudah selesai, ketidaksabaran John Kei saja akhirnya terjadi dua hari lalu itu," katanya.
Menurut Nus Kei, di tanah milik Buke itu dibangun sebuah rumah sakit. Sengketa tanah telah selesai, namun John Kei disebutnya ingin agar Pemda setempat segera mencairkan dana tersebut.
"Jadi tanahnya dipakai Pemda untuk membangun rumah sakit, udah selesai masalahnya. Kalau soal pembagiannya juga John Kei belum terima, Pemerintah Daerah itu kan gak bisa serta merta putusannya menang terus bayar itu kan tidak. Mereka itu kan ada prosesnya, birokrasi itu kan tau sendiri. dana itu kan mesti dianggarkan dulu, Pemda ajukan ke DPRD, dibahas di sana nanti kan baru disetujui, perintah bayar, baru bisa bayar," katanya.
Namun John Kei, kata dia, terus mendesaknya agar bicara ke Pemda setempat. Nus Kei menolaknya, sehingga membuat John Kei merasa dikhianati.
Tonton video 'Polisi Periksa Senpi Berkarat Milik Kelompok John Kei':
"Dia mau buru-buru "udah kamu cepat ke sana, minta ke Gubernur!" saya jelasin ke dia "gak bisa, birokrasi, aturannya gak bisa kaya gitu. sekalipun saya kenal dengan Gubernur, dekat dengan Gubernur, kakak saya sekalipun tapi Gubernur gak bisa serta merta keluarkan uang seperti itu" saya jelasin itu, tapi tetap dia gak terima," bebernya.
Setelah bebas dari LP Nusa Kambangan, Nus Kei mencoba menemui John Kei, tetapi tidak di markasnya di Bekasi. Nus Kei tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jika pertemuan dilakukan di markas John Kei.
"Karena uang itu tidak kunjung datang jadi dia merasa dikhianati, padahal sebetulnya enggak, saya saja biasa-biasa saja. Makanya waktu itu saya bilang, saya hubungi saudara-saudara saya saya bilang "udah kalian ke sana, ketemu sama dia, bicara sama dia "oke lah ketemu saya siap ketemu sama dia, tapi saya gak mau ke rumahnya, saya sudah tahu otaknya, wataknya. Kalau saya ke rumahnya terus terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mati konyol saya kan, saya gak mungkin mau. Yang paling netral, paling aman itu (menyebut nama mal di Jakpus), kita ketemu di situ, kita bicara di situ, berdua di situ, netral dong. Tapi tetap dia gak mau, dia menghindar," paparnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, penyerangan di Perumahan Green Lake dan Duri Kosambi merupakan buntut konflik antara John Kei dengan Nus Kei. Rumah Nus Kei di Green Lake City, diserang anak buah John Kei pada Minggu (21/6) siang.
Tidak hanya itu, kelompok John Kei juga membacok saudara Nus Kei di Duri Kosambi. Korban berinisial ER tewas setelah dibacok dan dilindas mobil.