Menko PMK Muhadjir Effendy bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas penanganan virus Corona (COVID-19) serta penerapan adaptasi kebiasaan baru. Jokowi bertanya perihal kondisi daerah yang sudah membuka sektor dan kegiatan secara bertahap.
"Beliau meminta penjelasan tentang kondisi terakhir di dalam kaitannya dengan adanya pengurangan PSBB di beberapa daerah. Intinya apakah masih terkendali atau tidak karena otomatis ketika mengurangi pembatasan ada konsekuensi-konsekuensi, termasuk kemungkinan adanya kenaikan kasus," kata Muhadjir kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Muhadjir memberikan pertimbangan kepada Jokowi untuk melakukan secara paralel antara pemulihan kondisi ekonomi dan penanganan virus Corona. Laju pertambahan kasus diharapkan bisa melandai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya tadi memberikan pertimbangan beliau, ini pilihannya harus berimbang antara bahwa kita harus memulihkan ekonomi di satu sisi, tapi kita harus tetap berupaya agar pertumbuhan COVID ini tidak naik, paling tidak landai, syukur bisa turun," ujar Muhadjir.
Tonton juga video 'Gugus Tugas: Hampir 70% Pasien Corona Keluhannya Minimal':
Namun, kata Muhadjir, pemulihan ekonomi dan penanganan virus Corona yang dilakukan berimbang tidak mudah untuk dilakukan. Selain itu, Muhadjir menyampaikan laporan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 bahwa penanganan virus Corona di Indonesia masih terkendali.
"Tapi ini kan memang tidak bisa dua-duanya, di lapangan bisa saja dalam momen tertentu harus memilih salah satu dan kalau penilaian dari Gugus Tugas, untuk kondisi sekarang ini masih dalam batas terkendali untuk perkembangan penanganan COVID-19 ini masih terkendali," katanya.
Dalam pertemuan di Istana, Jokowi juga menyetujui penggunaan laboratorium pengujian vaksin flu burung beralih fungsi jadi tempat produksi alat tes PCR terkait virus Corona. Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono akan menindaklanjuti penggunaan tempat produksi alat tes PCR.
"Kemarin saya berkunjung ke Bio Farma, di sana sudah bisa memproduksi 50 ribu per minggu dan kalau itu bisa dilipatgandakan produksinya sampai bisa dengan 2 juta per bulan, itu bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan beliau sangat mendukung dan salah satu sarana yang akan kita gunakan adalah gedung yang dulu akan digunakan untuk laboratorium vaksin flu burung itu nanti akan kita ubah bangunan untuk memproduksi PCR," ujar Muhadjir.