Masyarakat suku lembak di Kota Bengkulu menggelar tradisi kenduri nasi santan menjelang panen raya. Bagaimana jalannya tradisi tersebut?
Kenduri nasi santan ini sudah turun temurun dilakukan sebagai bentuk rasa syukur karena tanaman padi milik mereka sudah memasuki musim panen raya. Dalam tradisi ini, mereka menikmati nasi santan (nasi uduk) yang telah dimasak di rumah untuk dimakan bersama di area persawahan yang akan dipanen.
Tradisi ini dipimpin oleh tokoh adat. Biasanya, tokoh adat bakal menjadi pembaca doa saat kenduri nasi santan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ada juga tradisi membakar kemenyan yang dilakukan oleh pemilik sawah yang akan dipanen. Bakar kemenyan dilakukan sebagai pengharum untuk menghormati arwah atau roh yang sudah pergi sekaligus mendoakan.
"Kenduri nasi santan ini bukti kita terima kasih karena sudah memasuki musim panen. Jadi inilah bukti syukur kita untuk menikmati hasil panen ini," kata salah seorang tokoh masyarakat Lembak, Fachrudin, Minggu (21/6/2020).
Fachrudin mengatakan biasanya tradisi ini digelar di tengah area persawahan yang akan dipanen. Acara biasanya ratusan orang petani.
"Kita tetap melakukan tradisi ini meski sedang pandemi COVID-19, ini sebagai wujud syukur kita sebab bila tidak dilakukan bisa mendatangkan hama pada tanaman kita," jelas Fachrudin.
"Tradisi ini memiliki arti yang cukup tinggi akan rasa syukur, mengapa tradisi ini masih tetap ada karena mengajarkan kita akan rasa kepedulian antarsesama," sambungnya.
Dia berharap tradisi ini bisa terus berlanjut. Fachrudin juga berharap hasil panen bisa terus bertambah dari tahun ke tahun.
"Inilah tradisi turun temurun yang dari orang tua dulu sampai kini masih kami laksanakan. Semoga tahun depan hasil panen kami bisa nambah," ucapnya.