Sempat dua hari dirawat, kucing emas yang ditemukan terjerat perangkap babi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mati siang tadi. Kematian kucing emas tersebut ternyata bukan yang pertama. Sepanjang dua tahun terakhir, sudah ada tiga ekor kucing emas yang dievakuasi BKSDA Bukittinggi, dan semuanya mati.
"Ini yang ketiga. Tahun 2019, ada dua kucing emas juga yang masuk permukiman warga. Tapi tidak ada yang selamat," cerita Kepala BKSDA Bukittinggi Vera Chiko kepada detikcom di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Kamis (18/6/2020).
Dua kucing emas sebelumnya ditemukan di kawasan Palupuah awal 2019 dan di daerah Koto Tuo pada pertengahan 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang di Palupuah kami evakuasi dari kandang ayam warga. Sempat kami evakuasi, tapi mati dalam perjalanan ke kebun binatang. Yang di Koto Tuo, kami evakuasi dari selokan setelah dilaporkan kucing emas itu memakan kucing kampung," kata Chiko.
![]() |
Selain akibat terjerat perangkap babi seperti kasus terakhir, Chiko menyebut, kematian-kematian satwa langka itu akibat terinfeksi virus dan bakteri.
"Dua kasus sebelumnya menunjukkan kucing itu sakit karena sudah memakan kucing kampung yang bukan makanannya. Artinya, ada gangguan pada pencernaannya," jelas dia.
Kucing emas terakhir mati dalam proses perawatan setelah ditemukan dalam kondisi luka parah di bagian lengan. Luka itu terjadi akibat jeratan perangkap babi.
Hewan dengan nama Latin Catopuma temminckii itu berusia sekitar 4 tahun, berjenis kelamin jantan.
Kucing emas merupakan satu dari sembilan jenis kucing hutan. Dari sisi ukuran, kucing emas sedikit lebih kecil dibanding macan dahan dan lebih besar dibanding kucing kampung.
Kucing emas merupakan hewan liar yang bisa berburu. Jika keberadaannya terusik atau terganggu, sangat mungkin kucing menyerang.
Lembaga internasional untuk konservasi alam (IUCN) yang fokus menangani hewan-hewan terancam punah menyatakan kucing emas statusnya Near Threatened atau Rentan Punah.