Kematian Beruntun, Memaafkan, Awali New Normal

Kolom Hikmah

Kematian Beruntun, Memaafkan, Awali New Normal

Abdurachman - detikNews
Selasa, 16 Jun 2020 08:15 WIB
Abdurachman, guru besar UNair
Abdurachman (Foto: Dokumen pribadi)
Jakarta -

Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji'uun. Berturut-turut sejawat dokter meninggal dunia pekan ini. Sebagian melalui covid-19, yang lain terkesan karena covid. Entah benar atau karena sedang "musim" dikaitkan-kaitkan dengan Covid-19. Yang jelas lebih dari tiga orang; dr. Miftah Fawzy Sarengat, dr. Hantoro SpB(Onk), dr. Bendrong Moediarso, SpF, SH., dan putranya dr. Vitanata SpPD dan dr. Vita Pradiptya SpM, Ananda Rafi, semuanya terhitung keluarga sejawat dokter.

Ramai di WA group teman-teman saling meminta maaf, boleh jadi karena mereka telah dirasuki semangat mempersiapkan diri menyusul para sejawat. Permohonan maaf ditebarkan agar husnul khatimah, mendapati situasi akhir yang menyejukkan, lalu masuk surga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mungkin benar itu maksudnya, tetapi yang pasti meminta maaf itu adalah perilaku yang semua orang mengacungkan jempol tanda hebat. Anehnya yang lebih hebat lagi adalah mereka yang dengan sengaja memberi maaf. Lebih sempurna lagi mereka yang sengaja memberi maaf sebelum diminta, bahkan memohonkan maaf kepada Tuhan; para keluarga, tetangga, sahabat dan seluruh manusia. Inilah sejatinya permohonan maaf yang sangat berkualitas.

ADVERTISEMENT

Perilaku Sel Pemaaf

Dolly, 22 Februari 1997, menghentak dunia. Seekor domba betina yang dikembangkan melalui teknologi cloning berhasil dikembangkan. Cloning sebuah teknologi rekayasa genetik membuat individu baru, persis sama dengan individu induk. Hasilnya lebih sempurna dari proses photo copy menggunakan mesin terbaik mana pun. Karena domba baru yang dihasilkan sama persis dengan induknya.

Kloning berasal dari kata "clone", dipopulerkan oleh Herbert Webber (1903). Istilah kloning digunakan untuk individu hidup yang dilahirkan dari satu induk tanpa proses seksual. Inti sel individu induk "ditanam" (enucleate) pada sel zygote yang telah diambil inti selnya (denucleated).

Individu yang akan di-clon diambil salah satu selnya. Sel yang diambil bisa dari mana saja. Bisa dari sel; epitel (penutup tubuh), lemak, otot, darah, liver, ginjal, pankreas, bahkan sel jantung. Pendek kata sel dari bagian apa saja dari individu yang akan di-clon, secara teori bisa mencetak individu baru yang sama persis dengan individu yang di-clon.

Teknologi cloning memberikan dampak pemahaman baru dalam dunia medis. Pada saat cloning sukses dunia medis bertambah yakin bahwa masing-masing sel individu menyimpan cetak biru bentuk fisik dan ciri karakter yang sama persis dengan induknya.

Perilaku orang yang mudah memaafkan menggambarkan perilaku sel-sel nya yang tidak senang 'berantem'. Sel-sel yang dimiliki para pemaaf tampak selalu ceria, mirip gambaran 'emoticon' orang tersenyum. Sel-sel demikian adalah sel yang mampu melakukan fungsinya dengan baik, tampa beban, tidak mudah rusak.

Jika ia sel-sel kulit maka tampak gambaran kulit yang segar, berpendar. Tidak ada gambaran kulit kering atau kusam. Sel-sel para pemaaf tidak mudah keriput.

Jika ia sel otak, maka sel-sel itu sangat menunjang kecerdasan, mudah fokus dan memiliki ingatan yang tajam, yakni tidak mudah pikun. Tidak mudah ngantuk, tetapi mudah lelap jika sudah waktunya tidur.

Jika ia sel-sel salurang pencernaan, maka tak mudah menjadikan si pemaaf merasa kembung, apalagi GERD (gastroesophageal reflux disease), sekumpulan gejala tidak nyaman di daerah sekitar lambung. Sel-sel para pemaaf mampu mencerna makanan dengan baik, tidak mudah lapar "palsu" sehingga tidak mudah obesitas apalagi diabetes mellitus.

Jika ia sel-sel otot maka tidak mudah lelah, pegal linu atau gangguan otot yang lain. Para pemaaf tidak mudah penat sehingga mampu bekerja lebih lama tetapi tetap sehat.

Jika ia sel-sel jantung maka tergambar fungsi jantung yang baik, juga tekanan darahnya normal tanpa obat. Tidak mudah merasa sesak apalagi gejala berdebar yang penyebabnya tidak jelas.

Jika ia sel-sel imunitas maka imun tubuhnya optimal, tidak mudah sakit dan kalau pun sakit maka lekas sembuh. Para pemaaf jarang mengonsumsi antibiotik, tubuhnya sehat tampa harus mengonsumsi bermacam obat.

Keliru "Kurang Bersih" dan New Normal

Kehidupan new normal ditandai dengan kehidupan yang lebih bersih dari sebelumnya. Bersih fisik dan bersih nonfisik. Bersih nonfisik mudah mengantar kepada bersih fisik karena nonfisik memegang peran lebih dari 90 prosen peran kehidupan.

Jika kita semua mempersiapkan diri untuk memohonkan maaf bagi siapa pun, bukankah semakin 'bersih' kehidupan ini, setidaknya bersih dari keliru atau dosa. Kebersihan dari dosa mengantar kemudahan bagi siapa pun untuk membersihkan diri dari kotoran fisik. Inilah saatnya, kita sambut new normal menggunakan fasilitas memohonkan maaf kepada siapa pun, termasuk kepada para pemegang tanggungjawab besar di masyarakat, bangsa dan negara. Terutama para pemimpin Indoensia.

Kematian beruntun yang menyisakan kesedihan mendalam, hendaknya juga diikuti kesiapan untuk memunculkan maaf kepada siapa pun sebelum tibanya ajal. Agar bersih di dunia, bersih menjelang ajal, serta bersih di kehidupan menjelang. Arti dari tulusnya kasih sayang dan doa kepada yang sedang 'berjalan' menuju negeri pusat kenikmatan surga.

Selamat mendoakan siapa pun untuk dimaafkan Tuhan, kita songsong new normal dengan kehidupan yang higienis lahir dan bathin.

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pembaca selaku penulis. -Terima kasih (redaksi)-

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads