Peredaran narkoba di Indonesia secara umum berasal dari kawasan Segitiga Emas (Laos, Thailand, Myanmar) dan dari sindikat Iran yang mulai terdeteksi sejak 2006. Meski sama-sama memasok barang haram melalui laut tapi kedua sindikat ini punya jalur berbeda.
Menurut Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari, sindikat Segitiga Emas biasa transit di Malaysia. Dari situ barang diselundupkan melalui pelabuhan di Pantai Timur Sumatera (Aceh, Sumatera Utara (Medan), Riau, Kepulauan Riau (Natuna), hingga Kalimantan Utara dan Timur).
Sindikat Iran menggunakan rute Samudera Hindia yakni melalui pantai barat Sumatera hingga Lampung, Jakarta, Christmast Island di Australia dan Selandia Baru. Salah satu tempat mereka untuk transit adalah Pelabuhan Ratu di Ujung Genteng, Sukabumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari kapal besar, biasanya terus diangkut dengan sekoci-sekoci ke daratan. Pernah kejadian mereka sementara menimbunnya dengan pasir di pantai," kata Arman dalam program Blak-blakan yang tayang di detikcom, Jumat (12/6).
Kepolisian antinarkoba pernah melakukan operasi untuk menggulung sindikat Iran saat transit di Sukabumi pada 2013. Sejak itu mereka seolah menghilang, dan kembali muncul 4 Juni kemarin. Satgasus 'Merah-Putih' Bareskrim Mabes Polri menyita sabu seberat 402 kilogram yang dikemas bulat mirip bola.
Sindikat Iran, menurut Arman yang telah 16 tahun bertugas di bidang pemberantasan narkoba, biasa mengemas produk dengan plastik dan lakban. Tingkat kemurniannya antara 64% - 70%. Sementara dari Segitiga Emas biasa dikemas rapi ala pabrikan dengan warna berbeda sesuai kualitasnya.
"Kemasannya itu ada yang kuning gold, hijau tua dan muda, juga pink. Hasil uji laboratorium kita, kemurnian yang gold itu 96,4% atau hampir 100 persen," kata Arman.
(jat/jat)