MPR Minta Pemerintah Buat Kebijakan Lebih Efektif Tangani COVID-19

MPR Minta Pemerintah Buat Kebijakan Lebih Efektif Tangani COVID-19

Abu Ubaidillah - detikNews
Rabu, 10 Jun 2020 12:41 WIB
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan
Foto: Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan. (Zhacky-detikcom)
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan mempertanyakan langkah pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19. Pasalnya, setelah banyak langkah dilakukan yang dibekali PERPPU No. 1 Tahun 2020 namun belum ada penurunan angka positif yang signifikan.

Syarief juga mempertanyakan kebijakan Pemerintah yang memberi kelonggaran PSBB serta mulai membuka pusat-pusat perbelanjaan di tengah masih tingginya kasus positif COVID-19, namun banyak yang masih belum menerapkan protokol kesehatan dengan tegas.

"Pemerintah harus berperan aktif untuk menekan laju penambahan kasus harian dengan berbagai kebijakan dan kemampuan yang dimiliki bukan membuat kebijakan yang kontraproduktif",atau menyerahkan kepada Rakyat alternatif pilihan apakah PSBB atau keluar rumah beraktifitas dengan tetap disiplin mengikuti protokoler kesehatan," ujar Syarief dalam keterangan tertulis, Rabu (10/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini, pandemi COVID-19 memang belum menemukan titik akhir penyebaran kasus terkontaminasi. Total kasus positif virus Corna pun mencapai 33.076 pasien. Bahkan, data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menyebut bahwa terjadi penambahan kasus positif harian tertinggi mencapai 1.043 kasus pada Selasa (9/6/2020).

Dua hari sebelumnya, penambahan kasus positif Corona yang tinggi, yakni 672 kasus pada Minggu (7/6/2020) dan 847 kasus pada Senin (8/6/2020). Angka ini menunjukkan bahwa kasus terkontaminasi positif COVID-19 kian meningkat dari hari ke hari.

ADVERTISEMENT

"Harusnya Pemerintah banyak belajar dari negara lain seperti Korea Selatan. Mereka melakukan pembatasan dengan ketat di awal pandemi. Kini mereka kembali membuka berbagai kegiatan setelah benar-benar terjadi penurunan kasus secara signifikan yakni hanya 20 kasus penambahan dalam sepekan. Walaupun mereka membuka pusat-pusat ekonomi dan sosial, mereka tetap menjalankan protokoler kesehatan dengan tegas," sambung Syarief.

Syarief juga mencontohkan negara lain seperti Jepang yang membuka lockdown setelah hanya terdapat 11 kasus positif Corona selama 2 pekan dan New Zealand yang juga melakukan hal serupa setelah mencatatkan 0 kasus positif dalam dua pekan. Selain itu, belajar pelonggaran kebijakan, Indonesia juga harus belajar cara pemerintah kedua negara tersebut yang mampu melacak kasus secara cepat sehingga tidak menyebar terlalu banyak.

Saat ini, Pemerintah harus menjawab pertanyaan masyarakat, mampukah menyelesaikan pandemi dengan cepat dan tepat? DPR dan MPR RI telah membantu menyelesaikan COVID-19 melalui fungsi pengawasan dan legislasi dengan meloloskan PERPPU No. 1 Tahun 2020. Selain itu pemerintah juga memiliki power pengaturan anggaran besar sehingga deep knowledge yang menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan 97 dari 100 negara teraman COVID-19 merupakan kondisi yang memprihatinkan.

Syarief menegaskan agar pemerintah membuat kebijakan dengan hati-hati, kritis, dan matang dengan harapan agar anggaran dapat digunakan secara efektif dan efisien. Pemerintah tidak boleh hanya berharap pada masyarakat untuk patuh, namun juga harus membuat langkah tegas dan strategis.

"Pemerintah harus menjadi pemeran utama dalam penyelesaian masalah sebab Pemerintah memiliki power dan anggaran bukan menunggu masalah selesai dengan sendirinya," pungkasnya.

(ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads