Grab menunjuk puluhan driver untuk menjadi relawan melawan wabah COVID-19 di Semarang. Para driver diminta untuk membantu tenaga medis, mulai dari mengantar dari dan ke rumah sakit sekaligus mengantarkan makanan. Salah satu driver yang ditunjuk ialah Budiyono.
Budiyono mengatakan dalam sehari, bisa ada 1.500 boks makan yang diantar untuk tenaga medis. Ia biasanya bertugas mengantar ke RS Ketileng dan RS Dr. Kariadi. Setelah itu, ia langsung bersiap untuk menerima order lain dari aplikasi.
"Untuk tetap aman kala membawa penumpang, saya diberikan GrabBike Protect untuk mengurangi risiko penyebaran virus dari penumpang. Namun, alat itu bukanlah satu-satunya yang menjaga saya di jalanan," kata Budiyono, dikutip dari situs Grab, Rabu (10/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga diberikan masker, sarung tangan, hand sanitizer, disinfektan, jas hujan, serta penutup sepatu jika harus masuk ke dalam rumah sakit," imbuhnya.
Kata Budiyono, kadang hand sanitizer jadi pembuka obrolan dirinya dengan penumpang. "Maaf Pak/Bu/Mas/Mbak, pakai ini dulu ya sebelum naik." Ada kalanya ia juga menawari penumpang masker, sebab masih ada warga Semarang yang seperti itu.
Ia meyakini mencoba ramah akan membawa dirinya dan penumpang ke dalam obrolan menarik sepanjang perjalanan, sebagaimana ia yakin protector bisa mencegah droplet (yang jadi salah satu media penularan virus) antara dirinya dan penumpang.
"Namun, ini juga membuat saya harus menaikkan volume suara dan menurunkan kecepatan supaya obrolan dengan penumpang nyambung. Kalau memang penumpang minta buru-buru, ya kami simpan obrolan sambil berharap bisa berjumpa lagi lain hari," ujar Budiyono.
Waktu 24 jam dalam sehari sebisa mungkin saya manfaatkan dengan baik. Bekerja sekerasnya, beristirahat di antara waktu lengang. Hal ini semata-mata saya lakukan demi mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Semua orang punya cita-cita, bukan?
Selain nge-Grab, Budiyono sebenarnya merupakan pegawai kantoran yang bekerja dari pukul 08.00-16.00. Sebelum wabah terjadi, Budiyono bisa nge-Grab selama 12 jam, dari pukul 5 sore hingga pulang pukul 5 pagi.
Sebab, kata Budiyono, Semarang merupakan kota yang padat dan setiap driver bisa dapat banyak order setiap harinya. Ia nge-Grab biasanya mulai di wilayah pusat kota sampai tengah malam, lalu melipir ke stasiun pada tengah malam karena mengejar penumpang dari datangnya kereta di Semarang pada dini hari.
"Dulu, dalam kurun waktu 12 jam saya cukup beruntung bisa mendapatkan target pribadi per harinya. Malah ada kalanya lebih. Lalu, wabah datang dan semuanya berkurang. Bisa dibilang, saya tidak bisa 'ngalong' lagi dan harus menaati peraturan pemerintah. Tengah malam sudah waktunya untuk pulang. Namun, saya bersyukur tetap bisa melayani dan mencari rezeki," ujarnya.
(akn/ega)