Perkembangan teknologi telah mendorong sebagian besar masyarakat berorientasi pada perangkat seluler atau mobile. Terkait hal ini, praktik jurnalisme pun juga mulai beradaptasi pada Mobile Journalism (mojo). Untuk meliterasi kehadiran mojo ke masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (FIKOM UMN) mengadakan website seminar (webinar) bertema "Mobile Journalism: Concept and Practice" pada Rabu (20/5).
Dalam webinar ini, Dosen Mobile and Social Media Journalism UMN Albertus Magnus Prestianta hadir sebagai pembicara. Ia mengatakan, praktik mojo memiliki peluang pasar di Indonesia. Menurutnya, jurnalisme harus segera beradaptasi mengikuti pergerakan audiens yang cepat ini. Oleh karena itu, pola pikir berdasarkan perangkat seluler dan digital perlu dibangun.
"Maka di sini ada penyesuaian-penyesuaian. Gak bisa lagi kita memproduksi hanya berorientasi pada satu platform saja, tapi harus sudah multiplatform," ujarnya.
![]() |
Adapun peluang tersebut terlihat dari jumlah pengguna perangkat seluler di Indonesia. Melansir DataReportal, jumlah pengguna perangkat seluler di Indonesia di tahun 2020 mencapai 338,2 juta koneksi. Jumlah ini melebihi total populasi di Indonesia yang hanya sebanyak 272,1 juta jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun pengguna perangkat seluler di Indonesia cukup besar, nyatanya praktik mojo sering sekali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini diutarakan oleh salah satu peserta webinar yang juga merupakan praktisi jurnalistik saat mempraktikkan mojo. Selain itu, berbagai isu terkait mojo seperti etika dan kualitas jurnalisme juga masih menjadi perdebatan.
"Saya kira itu isu tersendiri ya, tentang verifikasi, tentang kualitas. Tapi saya rasa sekarang ini kita harus ambil kesempatan dulu. Kalau nggak, kita ketinggalan. Masa depan itu sudah membelakangi kita," ujar Moderator Webinar, Roni Siahaan.
Lebih lanjut, Roni menjelaskan, kualitas jurnalisme tetap tidak boleh dilupakan. Bahkan, Roni juga mendorong setiap orang untuk langsung melibatkan diri sebagai pemain dalam mempraktikan mojo. Melalui praktik inilah, nantinya setiap orang dapat sambil berbenah dan berpikir mengenai kualitas jurnalisme yang ideal dalam mojo.
![]() |
Untuk dapat menguasai mojo, terdapat tiga aspek utama yang diperlukan, yaitu kemampuan menemukan dan menyampaikan cerita, teknologi seluler (mobile technology) dan alat-alat pendukung mojo. Adapun alat pendukung mojo meliputi, software editing, phone holder (grip), tripod, microphone, lighting, power bank, dan lainnya.
"Nah, di poin inilah kemudian storytelling menjadi salah satu skill yang paling diutamakan. Dan saya pikir karena kita sudah berbicara soal jurnalisme, pemahaman jurnalistiknya itu juga yang sudah harus dimiliki. Nah, (kemampuan) pendukungnya ada storytelling, live video, multiplatform mindset, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat," ujar Albertus.
Dalam aplikasinya, laboratorium FIKOM UMN kerap melakukan eksperimen dan mengembangkan penerapan mojo pada beberapa acara di UMN. Selain itu, ada pula mata kuliah khusus belajar mojo dalam program studi jurnalistik UMN yang bernama Mobile and Social Media Journalism.
Mata kuliah ini umumnya dipelajari oleh para mahasiswa jurnalistik di semester ke-5. Albertus berharap, untuk pengembangan dan pembelajaran mojo, para praktisi dan institusi media dapat menjalin kerja sama dengan universitas.
"Karena universitas adalah salah satu tempat di mana mereka memang melakukan eksperimen dan pengembangan. Jadi, bisa menjadi partner. Di era semacam ini, saya pikir peran media dan peran universitas semestinya makin dekat untuk pengembangan, sehingga jurnalisnya bisa fokus pada aktivitas jurnalisme yang berkualitas. Sementara, (juga) didukung oleh universitas yang juga melakukan eksperimen sesuai kebutuhan jurnalis, institusi media. Jadi, saya pikir ini bisa menjadi kolaborasi yang baik," pungkasnya.
Selama masa pandemi COVID-19, FIKOM UMN rutin mengadakan webinar setiap hari Rabu. Webinar dengan tema "Mobile Journalism: Concept and Practice" merupakan webinar ke-3 yang telah diselenggarakan oleh FIKOM UMN. Tayangan ulang webinar ini dapat disaksikan di sini.
(ads/ads)