Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar pelacakan kasus COVID-19 lebih agresif memanfaatkan teknologi. Salah satu rujukan Jokowi adalah pelacakan menggunakan mobile GPS ala Korea Selatan.
Dilansir CNN, diakses detikcom pada Kamis (4/6/2020), pelacakan menggunakan aplikasi sistem pemosisi global ini mulai digunakan di Korsel pada pertengahan Maret, di Daegu dan Gyeongsang Utara, dua lokasi yang dulu sempat dilanda penularan COVID-19 terparah di Korsel, bahkan di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latar belakangnya, saat itu ada lebih dari 2 ribu orang yang positif COVID-19 di Daegu dan Gyeongsang Utara menunggu perawatan rumah sakit. Dalam kondisi itu, pemerintah menyuruh orang yang positif COVID-19 untuk menerapkan karantina mandiri sembari menunggu ketersediaan ranjang rumah sakit.
Namun ternyata banyak warga Korsel yang bandel. Saat itu banyak yang melanggar karantina mandiri. Warga yang seharusnya melakukan karantina mandiri malah jalan-jalan ke mana-mana. Maka aplikasi ini lahir untuk mendisiplinkan masyarakat.
Cara kerjanya, aplikasi ini akan memonitor orang yang dikarantina. Bila mereka pergi dari lokasi karantina, sistem akan mengaktifkan alarm.
COVID-19 Smart Management System (COVID-19 SMS), begitulah pemerintah setempat menamainya. Ini bukan sekadar aplikasi melainkan suatu sistem. Sebelum sistem ini ada, Korsel melakukan pelacakan kontak kasus COVID-19 secara manual. Namun setelah COVID-19 SMS hadir, maka seluruh proses contact tracing didigitalisasi.
![]() |
"Sistem telah membuat pelacakan kontak lebih cepat dan lebih ringan," kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel (KCDC), Park Young Joon, dalam keterangannya, dilansir situs web pemerintah Korsel, Smart City Korea, tertanggal 13 April 2020.
Sistem ini diklaim mampu mempersingkat 24 jam pelacakan kontak (contact tracing) menjadi 10 menit saja. Sistem ini menyediakan analisis rute penularan, deteksi hotspot penularan, namun tetap melindungi data pribadi lantaran butuh persetujuan otoritas sebelum pihak berkepentingan mengakses data orang yang hendak dilacak.
Dilansir situs The Brookings Institution, organisasi kebijakan publik nirlaba yang berbasis di Washington, DC, Korsel adalah paling terkoneksi internet di dunia, 96% warganya punya akses internet.
Selain GPS, sebenarnya Korsel punya sistem ponsel lain yang mendukung pelacakan. Penyedia layanan ponsel bisa melacak ponsel-ponsel dengan akurasi kurang dari 1 km karena mereka terhubung dengan tower ponsel. Perusahaan penyedia layanan telekomunikasi di Korsel diwajibkan untuk mencatat setiap koneksi antara tower dengan ponsel, dengan begitu informasi bisa senantiasa tersedia kepada otoritas.
Di masa sebelum virus Corona menyeruak, pemerintah Korsel sudah punya sistem mengumpulkan sejumlah data transaksi untuk menginvestigasi penipuan pajak. Tiap kartu kredit dan transaksi perbankan di Korsel direkam oleh pemerintah. Selama pandemi COVID-19, sistem ini kemudian diarahkan untuk melacak ke mana saja orang bertransaksi, misalnya apakah cuma ke kafe dan restoran, atau juga ke bus dan kereta bawah tanah.
Semua layanan di Korsel kebanyakan adalah non-tunai, sehingga data lokasi transaksi dari orang tertentu bisa terlacak oleh otoritas. Selain itu, CCTV di Korsel juga banyak tersedia.
Dengan bantuan GPS, pelacakan menjadi lebih lancar. Misalnya pasien X positif COVID-19, dia mengunjungi supermarket 1 pada 23 Maret dari pukul 11.32 pagi sampai 12.30 siang pada 23 Maret. Si pasien X itu ditemani pasangannya, keduanya mengenakan masker dan mengendarai mobil sendiri.
Pada 27 Maret, pasien X dan pasangannya mengunjungi pasar pada sore hari, terpantau mengenakan masker. Kemudian mereka makan malam di restoran burger di salah satu mal pada petang hari.
Informasi seperti itu bisa ditemukan, tersedia secara publik, dan bisa membantu contact tracing COVID-19. Dilansir BBC, informasi dasar itu tersedia di situs pemerintah Korsel selama dua pekan.
![]() |
Perpindahan lokasi juga digunakan untuk memberi saran ke warga. Misalnya, di lokasi Z di Busan ada yang positif COVID-19, maka bila Anda warga Busan yang pernah mengunjungi lokasi Z selama beberapa hari belakangan maka Anda akan diberi tahu, supaya Anda bisa menentukan apakah perlu tes Corona atau tidak. Juga, bila Anda bepergian ke kota lain maka Anda akan mendapatkan pesan mengenai pasien-pasien dan lokasi di kota yang Anda kunjungi.