4 Jam Ditangani Polisi, Fredi Samosir Tewas Penuh Memar
Rabu, 21 Des 2005 18:14 WIB
Pekanbaru - Setelah empat jam di tangan polisi, Fredi Samosir (40) tewas dengan kondisi mengenaskan. Pihak keluarga korban menuduh, sebelum ditembak, polisi terlebih dahulu menganiayanya. Polisi mengklaim, penembakan dilakukan karena tersangka mencoba melarikan diri. Enny (36), istri korban, tak kuasa menahan tangis. Dia menatap pemakaman suaminya di perkuburan Muslim di Simpang Tiga Pekanbaru dengan berlinang air mata. Lima anaknya yang masih kecil-kecil, menangis mendekap pusara ayahnya yang telah tewas. Keluarga ini seakan tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Sebab, suami Enny hanya berada di kantor polisi empat jam, tapi tiba-tiba saja pulang tinggal nama. "Suamiku dijemput polisi dengan mobil travel. Empat jam kemudian kami dapat kabar suamiku jadi mayat di RSUD Pekanbaru. Jelas kematian suami saya karena penganiayaan. Sampai sekarang, kami tidak pernah menerima surat dari Poltabes Pekanbaru atas kematian abang (suami- red)," ujar Enny sambil terisak saat ditemui di rumahnya, Jl Rambutan Gang Apel, Pekanbaru, usai mengantarkan suaminya ke peristirahatan terakhir. Jupernalis Samosir sebagai juru bicara keluarga korban kepada detikcom, Rabu (21/12/2005) menceritakan, keluarga menyakini Fredi tidak terlibat dalam aksi perampokan di Plaza Makro dan Kedaung yang terjadi akhir bulan lalu seperti yang dituduhkan polisi.Lalu pada Senin (19/12/2005) sekitar pukul 21.00 WIB, Fredi menerima telepon dari seorang temannya bernama Oyong. Si penelepon meminta Fredi untuk menemuinya esok harinya di bengkel sepeda motor milik Ucok di Jl Durian, Pekanbaru. Esok paginya, Fredi menepati janjinya untuk bertemu di bengkel. Sebelum ke bengkel, terlebih dahulu dia mengantarkan istrinya berjualan sayur-mayur di Pasar Pagi, Jl Durian. Sesampai di bengkel sepeda motor Ucok, Fredi ditemui seseorang dan diminta masuk ke dalam mobil travel Kerinci Ekspres jenis L 300. Fredi menitipkan kunci sepeda motornya ke pemilik bengkel. "Kasih tahu sama istriku, aku dibawa pergi polisi," kata Fredi waktu itu seperti diceritakan Jupernalis Samosir. Tak lama kemudian, pemilik bengkel, Ucok, memberi kabar kepada Enny, istri Fredi tentang keberadaan suaminya. Tak lama sekitar pukul 09.30 WIB, Enny bersama mertuanya mendatangi Poltabes Pekanbaru. "Pak polisi bernama Edi Pariadi (Kasat Reskrim Poltabes Pekanbaru-Red) membenarkan Fredi ditangkap polisi karena terlibat dalam kasus perampokan," kata Jupernalis Samosir. Selepas pulang dari kantor polisi, 2 jam kemudian, sang istri menerima telepon dari seseorang kalau suaminya sudah meninggal dan diantar di RSUD Pekanbaru. Fredi baru dikembumikan hari Rabu (21/12/2005) sekitar pukul 11.00 WIB. Jupernalis Samosir menceritakan, ketika mayat korban dimandikan, diketahui, tubuhnya penuh luka memar. Kaki sebelah kanan kulitnya melepuh seperti bekas siraman air panas. Wajahnya juga penuh memar dengan bibir jontor. Kedua pergelangan tangannya memar seperti bekas borgol. Ini belum lagi lehernya yang membiru. Dari punggung terdapat lobang menganga bekas tembakan yang menembus ke dada. "Kondisi abang saya itu seperti bekas penganiayaan berat. Malah saat dimandikan, dari telinga dan hidungnya masih mengeluarkan darah segar," kata Jupernalis Samosir yang juga seorang wartawan ini. Tidak bisa menerima kondisi korban yang mengenaskan, keluarga besar marga Samosir di Pekanbaru tengah mempersiapan pengaduan masalah tersebut ke Kapolri dan Komnas HAM. "Malam ini kita akan musyawarah keluarga. Kami ingin mengadu ke Kapolri karena ingin meminta penjelasan mulai penangkapan sampai kematian. Kalau mengadu ke Polda Riau kami pesimis kasus ini dapat penanganan yang baik," katanya. Kasatreskrim Poltabes Pekanbaru AKP Edi Pariadi kepada wartawan menyatakan, penembakan itu terpaksa dilakukan karena tersangka mencoba melarikan diri. Fredi dalam versi polisi merupakan kelompok gembong perampok bersenjata api di Pekanbaru. "Selama ini tersangka merupakan DPO sejak tahun 2003 lalu," katanya. Terlepas terlibat atau tidak dalam aksi perampokan itu, keluarga tetap tidak bisa menerima kematian Fredi yang mengenaskan. "Mestinya tuduhan keterlibatan itu dibuktikan lewat pengadilan. Lagipula logikanya di mana abang kami itu melawan petugas. Buktinya saat diajak naik mobil travel itu dia tidak melawan. Di tanganya ada bekas borgol dan luka-luka," kata Jupernalis.
(nrl/)