Duta Besar RI untuk Jerman Arief Havas Oegroseno menceritakan penanganan pemerintah Jerman menghadapi kasus virus Corona (COVID-19). Dia berharap penanganan yang dilakukan pemerintah Jerman dapat menjadi referensi guna membantu penanganan COVID-19 di Indonesia.
Awalnya, Arief menyebutkan kasus COVID-19 yang terjadi di Jerman per 28 Mei 2020. Dia mengatakan tingkat fatalitas pasien Corona di Jerman telah berada di titik yang rendah, yaitu 4 persen. Sedangkan tingkat kesembuhan telah mencapai 82 persen.
"Kondisi yang terakhir ini pada 28 Mei, di mana pada hari ini tercatat 180 ribu warga di Jerman yang terinfeksi dan 164 ribu yang sembuh atau recover. Dengan demikian, ini menunjukkan angka kesembuhan mencapai 82 persen. Kemudian tingkat fatalitas 8.450 orang atau sekitar 4 persen dari total warga yang terinfeksi. Angka 4 persen ini angka yang sangat rendah di Eropa," kata Arief dalam siaran YouTube BNPB, Sabtu (30/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia kemudian menjelaskan kasus pertama COVID-19 di Jerman terjadi pada 27 Januari 2020. Pemerintah Jerman segera membentuk tim penanganan COVID-19 sejak ditemukannya kasus Corona pertama di negaranya. Dua minggu sejak ditemukan kasus pertama, pemerintah Jerman pun menerapkan kebijakan lockdown, lalu sejak 24 Februari, pemerintah Jerman mulai menggalang dana terkait vaksin Corona.
Arief menjelaskan jumlah warga negara yang terkena COVID-19 di Jerman mencapai 100 ribu orang per 28 April 2020. Menurutnya, sejak penerapan lockdown hingga Jerman kembali mengadakan pertandingan sepak bola Bundesliga telah menghasilkan perkembangan baik dalam penanganan COVID-19 di Jerman.
"Nah, kita melihat dari sejak lockdown pertama tanggal 13 Maret sampai Bundesliga bermain itu adalah waktu yang tidak terlalu lama, 2 bulan. Dari jumlah infeksi yang sangat tinggi menjadi 50 orang per 100 ribu juga tidak terlalu lama. Hanya 2-3 bulan. Ini merupakan satu prestasi yang mendapatkan suatu pandangan positif pihak masyarakat internasional," ucap Arief.
Menurut Arief, salah satu faktor kesuksesan penanganan COVID-19 di Jerman adalah adanya kualitas infrastruktur kesehatan yang memadai. Dia mengatakan Jerman memiliki sekitar 2.000 rumah sakit, 28 ribu tempat tidur MCU (medical check-up), hingga 35 ribu ventilator.
Lebih lanjut, pemerintah Jerman juga memiliki respons kebijakan yang cepat terkait pengadaan vaksin. Saat ini Jerman tengah melakukan uji klinis vaksin terhadap manusia.
"Jerman juga memiliki kebijakan yang cepat tentang vaksin. Jadi dana riset tentang vaksin itu sudah mencapai 3,5 miliar euro. Dan pada 23 April lalu, clinical trial test untuk COVID terhadap manusia sudah dilakukan, sudah ada 200 subjek dan awal Juni ini diharapkan sudah ada pengumuman," tutur Arief.
Sementara itu, Arief mengatakan pemerintah Jerman juga membuat kebijakan yang masif di bidang ekonomi selama masa pandemi Corona. Mulai adanya pengadaan dana stabilitas negara hingga bantuan pinjaman kepada perusahaan dan start up.
"Kebijakan yang dilakukan di Jerman di bidang ekonomi cukup masif, di mana Jerman menyiapkan dana stabilitas sebesar 600 miliar euro, bantuan untuk UKM 165 miliar euro, bahkan beberapa bank atas kebijakan pemerintah memberikan modal kerja sampai 1 miliar euro dengan raise pengembalian 10 tahun. Utang untuk start up juga sampai 1 miliar euro dengan pengembalian 10 tahun juga," kata Arief.
Arief menyebut pemerintah Jerman sangat cepat dalam menangani kasus COVID-19. Dia juga mengatakan pemerintah Jerman tegas dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang ada.
"Kemudian kedua, kebijakannya bersifat tegas, firm, di mana dilakukan suatu implementasi kebijakan hingga di lapangan, padahal lockdown misalnya, masih banyak orang yang tidak terlalu patuh bahkan ada waktu itu beberapa orang yang membuat Corona party. Jadi, karena pub ditutup, mereka membuat pesta-pesta di rumah-rumah dan oleh pemerintah Jerman itu dibubarkan dan dilakukan tindakan sweeping, bahkan kebijakannya tegas sampai ke lapangan," urainya.
Pemerintah Jerman, dikatakan Arief, memiliki kebijakan yang jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Menurutnya, pemerintah di Jerman tidak ada yang menganggap remeh virus COVID-19. Dia juga menyebutkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Jerman memiliki kordinasi yang baik.
"Kebijakannya itu jelas. Jadi tidak menggunakan bahasa yang rumit. Bahasa yang dimengerti dan bisa diterapkan langsung oleh masyarakat sehingga menimbulkan kesimpulan yang keempat, yaitu disiplin masyarakat yang tinggi," sebut Arief.
"Semoga yang dilakukan pemerintah Jerman dapat menjadi referensi bagi kita semua dalam menangani COVID di Indonesia," tutupnya.